Kalo ada yang typo tandain ya♡♡♡
☻☻☻
Quinata berjalan bolak balik di depan kulkas seraya berfikir. Dia menatap kulkas yang dari tadi terbuka, saat ini Quinata sedang memperhatikan isi dari kulkas itu. Setumpuk eskrim berbagai rasa yang Rezza belikan tadi.Ada berbagai kemungkinan di kepala Quinata tentang Rezza yang tiba tiba menjadi baik padanya. Padahal laki laki itu terkesan sangat pelit jika Quinata meminta uang untuk belanja ataupun jalan jalan.
Pertama, karna Rezza merasa kasihan melihat wajahnya saat di taman tadi
Dan yang kedua, Karna Rezza mulai menyukainya.
Memikirkan kemungkinan kedua membuat Quinata tersenyum lebar dan melompat lompat kegirangan. "Yes! Padahal gue belum usaha apa apa dia udah suka duluan. Fiks Aznila bakal nangis darah bentar lagi! " pekiknya semangat.
Lelah melompat lompat. Quinata diam sejenak lalu menutup pintu kulkas dan berjalan santai menuju kamarnya. Setelah membeli eskrim dan mengantarkan Quinata pulang, Rezza kembali ke sekolah karna di telefon oleh Gezio.
Lihat lah? Rezza berubah menjadi malaikat yang baik setelah menjabat sebagai iblis tak berperasaan selama ini di mata Quinata. Rezza malah tidak marah Quinata ingin membolos. Dan dia pergi ke sekolah sendirian.
Laki laki itu masih sibuk karna dia bertangung jawab untuk acara pemilihan ketua OSIS baru.
Quinata berharap semoga ketua OSIS kali ini tidak sekejam Rezza yang sangat suka menghukum walaupun hanya melakukan kesalahan kesalahan kecil.Quinata tidak mau ada generasi Quinata kedua
Yang menjadi target ketua OSIS bersifat setan seperti Rezza. Cukup dirinya saja yang dulu menderita. Jangan sampai ada yang mengalaminya lagi.Langkah Quinata menuju kamar terhenti, dia menatap pintu kamar Rezza beberapa saat sebelum sebuah ide jahil muncul di kepalanya. Quinata tidak pernah melihat isi kamar Rezza atau berkeliling meski sudah masuk ke sana beberapa kali.
Quinata hanya sebatas masuk tanpa melihat sekeliling dan sekarang dia berniat menjelajahi kamar Rezza berhubung pemiliknya tidak ada.
Dengan pelan dia berjalan menuju pintu itu dan asaat knop di putar, pintu itu langsung terbuka.
"Dih Rezza gimana sih? Masa kamar nya ga di kunci" Quinata tersenyum sambil memasuki ruangan itu. "Permisi zza, gue numpang liat liat"
Quinata langsung masuk dengan excited. Matanya mengedar kemudian dia menganga.
"Anjir rapih banget, bersih, harum" Quinata berdecak kagum. "Rezza cowok bukan sih? Ko dia rajin bgt ya? "Tanpa membuang waktu lagi, Quinata segera berkeliling dan memperhatikan dengan lamat lamat semua yang ada di kamar Rezza.
Mulai dari barang, warna tembok dan lain lainya.Berbeda dengan kamar Quinata yang monoton hanya cat putih standar dan beberapa furniture saja. Tapi quinata memaklumkan itu karna Rezza pemilik tempat ini. Jadi wajar jika dia merubah kamarnya menjadi lebih nyaman.
Saat hendak berjalan ke balkon, Quinata mendengar suara pintu di buka. Katanya melebar panik "kok Rezza udah pulang sih? "
Dengan segera Quinata mencari tempat persembunyian. Beruntung badanya kecil sehinga Quinata muat masuk ke dalam kolong ranjang. Jantungnya sudah berdetak dengan kencang apalagi saat mendengar ketukan yang berasal dari pintu kamar sebelah.
"Quinata?. "
Quinata menahan nafasnya. Rezza pasti sudah masuk ke dalam kamar Quinata hingga gadis itu mengigit jarinya bingung. Semoga saja Rezza berfikir jika Quinata tidak ada di rumah.
