21.MIRIS

116 8 14
                                    

Aku kembali😞
Telat berapa hari nih aku, harusnnya sih di usahain up seminggu sekali. Tapi pas mau ngetik buku aku teriak "tugass sifaa!" 😤

*****
Di tengah keadaan Quinata dan Rezza yang kurang membaik, Gardia justrus semakin gencar mendekati Quinata. Laki-laki tiu bahkan selalu memaksa untuk mengantar jemput Quinata membuat gadis itu sedikit risih.

Quinata selalu menolak namun Gardia tidak mendengarkannya. Demi menghindari kejadian tidak di inginkan, Quinata memminta Gardia untuk menjemput dan menurunkannya di halte.

Quinata tidak mau Gardia mengetahui tentang dirinya yang tinngsl bersama Rezza.

Sebenarnya.... Gardia belum pernah seagresif ini sebelumnya.

Gardi yang Quinata kenal adalah tipikal cowok manis, perhatian, dan juga penyabar. Dia tidak pernah memaksa Quinata dalam hal apapun, dan jelas saja belakangan ini Quinata
Di buat kepusingan.

Biasanya dia selalu semnagat dan menanggapi
Dengan senang apapun yang berhubungan dengan Gardia. Namun entah mengapa dia sekarang kehilangan minat.

Mungkinkah Quinata sudah benar-benar move-on?

Gadis itu menghela nafas kemudian mengambil tas di meja dan menysmpifksnnya di bahu kiri. Beberapa hari ini Quinata selalu bangun pagi karna dia memiliki Gardia sebagai alarm baru.

Laki-laki itu selalu men-spam chat dan menelponnya beberapa kali dan tidak akan berhenti sebelum Quinata merespon. Gardia sepertinya memang  berniat membuat perasan Quinata tumbuh kembali.

Quinata keluar dari kamar setelah merapihak  penampilan di depan meja rias. Kini dia terbiasa langsung pergi keluar apartemen tanpa melirik sekitar lagi, karna sudah pasti apa yang dia cari tidak akan ada.

Rezza selalu pergi lebih dulu di banding dirinya.

Semakin lama, Quinata semakin merasa asing dengan keadaan mereka sekarang. Terasa sangat jauh, meski sebenarnya mereka berada dalam jarak yang sangat dekat. Quinta meremas jarinya, tiap memikirkan itu membuat sesuatu dalam dirinya bergejolak.

Sesuatu perasaan kuat yang menolak keadaan mereka sekarang. Quinata ingin mereka seperti dulu, dia bahkan merasa omelan pedas
Dan perlakuan tegas Rezza sudah tidak masalah lagi bagi dirinya.

Quinata ingin mengulang keadaan yang dulu.
Di mana mereka belum sejauh dan seasing ini,
Diaman mereka masih bisa di katakan dekat dan berinteraksi tanpa canggung.

Gadis itu menggeleng kuat karna fikirannya yang semakin kalut. Ketika sebuah taxi berhenti di depannya, Quinata langsung naik dan duduk dengan tenang.

Gardia hari ini tidak menjemputnya. Laki-laki itu mewakili sekolah untuk pertandingan basket di luar kota dan baru akan kembali 3 hari lagi. Selalu kapten basket tahun ini, gardia harus mengikuti pertandingan itu.

Mengingat itu membuat Quinata semakin kecil,
Gardia itu sama seperti Rezza, mereka itu hampir sempurna. Tampan, kaya raya, dan berprestasi di bidang masing-masing.
Sangat tidak sebanding dengan dirinya yang tidak memiliki keistimewaan apapun.

Kecuali, wajah cantiknya. Senyum songong Quinata kembali terbit. "Bener, gue cantik. Ngapain gue insecure?" gumamnya lalu cekikikan tidak jelas membuat supir di depannya melirik bingung.

"Mbak nya sakit?" tanya supir itu.

"Mbak-mbak your eyes" saut Quinata kesal. "Sejak kapan saya jadi pembantu bapak?" sewotnya.

"Maaf tante"

"TANTE?!" Quinata memekik syok hingga supir itu berjengkit kaget dan hampir mengerem mendadak. Suara Quinata hampir saja menghancurkan gendang telinganya.

REZZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang