17.GAY?

46 12 0
                                    

Pencet dulu bintangnya biar ga lupa

Selamat membaca ♡♡♡

                                  *****
Sinta dan Decilia saling berpandangan dengan raut ngeri. Dua gadis itu saling senggol menyenggol seraya menatap Quinata di samping mereka. Gadis itu terus tersenyum dan terkadang tertawa sendiri membuat mereka keheranan.

Quinata memegang pipinya yang memanas. Mengingat kejadian semalam entah mengapa membuat bibirnya tidak bisa berhenti melengkung.

Andai sejak dulu Rezza memperlakuksnya seperti itu pasti Quinata tidak akan merasa keberatan tinggal bersama Rezza. Quinata sangat suka di perlakukan secara lembut.

Sinta berdeham pelan. "Nata,lo lagi gak kerasukan setan kan?"

Quinata menggeleng dengan bibirnya yang masih tersenyum. "Enggak kok"

Decilia mengangguk dua kali. "Bener sih, mana mungkin setan masukin temenya sendiri."

Sinta terbahak-bahak mendengar ucapan Sinta dia memang yang paling receh di antara mereka, terbukti dari tawanya yang belum terhenti hingga membuat Quinata dan Decilia melitiknya datar.

Sudut mata Sinta sudah berair. Dia kemudian berdeham dan menormalkan wajahnya.
"Eh iya, lo pada inget ga sih cowok yang waktu itu gue ceritain?"

"Yang mana?" Sahut Decilia kesal. "Tiap hari lo ngomongin cowok yang beda- beda mulu, mana inget gue."

"Yang di club itu, cowok yang kalem cuman main HP doang waktu temen-temen nya minum. Sinta menabok kepala Decilia kesal.
"masa ga inget sih?"

Decilia menghela nafas sabar. "Terus kenapa sama dia?"

"Ternyata dia anak sekolah ini dan seangkatan sama kita! Kemarin gue liat dia waktu pemilihan ketua OSIS di lapangan! " ucap Sinta heboh. "Kalo gak salah namanya Gezio "

Quinata yang sejak tadi mesem-mesem tidak jelas langsung menoleh pada Sinta begitu mendengar nama sahabat Rezza sekaligus tetangga mereka itu. Quinata menahan tawanya. Kalem? Seorang Zio?

Sinta belum tau saja seberapa aneh dan mesum nya manusia yang memelihara tikus dan banyak cewek itu. Belum lagi, jika tertidur dia seperti simulasi untuk mati.

"Anehnya, kok gue jarang liat dia di sekolah ya?" Sinta mengetuk dagunya.

"Zio jarang sekolah, dia lebih parah dari gue bolong absen nya" sahut Quinata.

"Dih, sok tau lo. Gembel." Sinta menabok kepala Quinata juga membuat Decilia terbahak -bahak dan menepuk punggung Quinata pelan.
Menyabarkan gadis itu.

"Masih gue liatin lo, Sin. Belum aja gue sleding ke Mekah" Quinata menatap Sinta tajam sedangkan gadis itu hanya menyegir tanpa dosa.

Langkah mereka menuju kelas terhenti begitu melihat sosok gadis cantik dengan pandangan buas menghadang mereka. Atau lebih tepatnya menghadang Quinata.

"Ini si jaer pagi-pagi bikin gue emosi aja. Muka lo kenapa nyebelin sih?" Ketus Quinata kesal.

"Kok lo makin deket sama Rezza sih?"  Aznila menunjuk wajah Quinata "gue liat tadi juga lo turun dari mobil Rezza. Lo mau balas dendam sama gue karna ambil Gardia dari lo?"

"Lah lawak, siapa lo marah-marah gini ke gue?
Pacarnya Rezza?" Quinata melipat tanganya kemudian tersenyum songong. "Ikan jaer, Rezza itu single jadi ga ada larangan buat dia deket sama gue."

"Nila,btw lo make up nya buru-buru ya?" Celetuk Sinta menunjuk wajah Aznila. "Alis lo gak simetris, persis kayak otak lo" ucapnya lalu  menyengir.

Decilia tertawa kemudian beetepuk tangan pada Quinata dan Sinta membuat wajah Aznila memerah. Decilia berdeham kemudian melangkah maju dan memandang Aznila yang sebatas hidungnya.

REZZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang