18.MAAF

73 13 8
                                    

Aku kembalii. Biar gak lupa, pencet dulu bintangnya.
Pelan-pelan ya bacanya.
Jangan pelit vote dong! 😤

                                   *****

Quinata meremas tangan nya yang terasa dingin kemudian melangkah keluar kamar dengan seragam sekolah yang lengkap. Matanya menatap sekeliling mencari sosok Rezza, sadar pria itu tidak ada membuat dia menggigit bibirnya.

Rezza tidak pulang semalaman sejak pertengkarang mereka kemarin.

Ada rasa aneh yang timbul pada perasaannya.
Quinata merasa sedikit kehilangan dan juga dia merasa bersalah. Meskipun ucapan Rezza kemarin keterlaluan, namun Quinata berusaha menerima karna itu bukan sepenuhnya salah Rezza.

Bibir gadis itu mengukir senyum miris. Lagi pula apa yang Rezza katakan benar, dia tidak lebih dari sosok perempuan menyedihkan, bodoh, dan juga nakal. Di buang oleh orang tuanya bahkan juga di benci sekaligus di jadikan pelampiasan amarah kakaknya.

Tidak ada alasan untuk Quinata marah dengan ucapan Rezza kemarin. Karna semua benar adanya, Rezza hanya mengungkapkan sebuah fakta meski itu cukup menggores perasaanya.

Quinata berjalan keluar dari apartemen dengan perasaan campur aduk. Biasanya di pagi hari seperti ini Rezza akan menyeretnya dan memaksanya untuk sarapan meski Quinata selalu menolak. Rezza akan memberikan ancaman hingga gadis itu menurut.

Biasanya juga, Rezza yang membangunkan Quinata secara paksa setiap pagi dengan berbagai cara. Walaupun cara yang di lakukan Rezza cukup menyebalkan,namun nyatanya Quinata merindukan hal itu.

Apakah kini mereka akan menjauh seperti dulu karna masalah ini?

Quinata menghela nafas. Mereka mengenal sejak bayi. Namun selalu bertengkar dan berselisih hingga tumbuh besar, tidak ada ke akraban sama sekali. Kemudian memasuki usia remaja mereka saling menjauh karna merasa tidak memiliki kesamaaan pendapat maupun sifat yang sejalan.

Jarak rumah mereka yang cukup jauh juga membuat mereka semakin seperti orang asing.
Meskipun terkadang Rezza dan orangtuanya main ke rumah Quinata begitupun sebaliknya. Orang tua mereka adalah sahabat karib sejak remaja membuat mereka mau tak mau harus sering bertemu

Dan itu sama sekali tidak di sukai Quinata dan Rezza.

Sejak SD dan SMP mereka sengaja memilih sekolah yang berbeda dan jauh dari tempat tinggal masing-masing agar tidak bertemu.
Quinata yang tidak tahan ingin mencakar wajah Rezza,serta Rezza yang juga kesal melihat betapa urakan dan bar-bar nya gadis itu.

Namun menaiki SMA sebuah kebetulan terjadi.
Mereka memilih sekolah yang sama demi menghindari pertemuan itu, tetapi sialnya mereka malah bertemu di sekolah itu.

Padahal mereka sudah memilih sekolah yang jauh dari tempat tinggal mereka masing-masing dan di perkirakan tidak akan di masuki oleh satu sama lain. Tapi siapa sangka jika pemikiran keduanya sama dan berakhir, mereka kembali bertemu.

Pertengkarang demi pertengkaran, adu mulut,
Serta saling lempar tatapan tajam tidak bisa di hindari lagi. Quinata awalnya merasa sangat tertekan, namun makin ke sini dia sudah mulai bisa menerima sikap Rezza.

Dingin, kaku,pemaksa, dan juga menyebalkan.

"Gue gak rela" gumam gadis itu. "Gue gak mau jarak kita sejauh dulu lagi, Za. "

                                  *****
Quinata turun dari motor Gezio dan berjalan memasuki area sekolah. Laki-laki dengan rambut berantakan itu langsung menghela nafas kesal. "Gak ada makasih-makasihnya"

Gezio seharusnya sudah sampai di sekolah sejak tadi, namun gadis itu tiba-tiba menggedor pintu apartemen nya kemudian menanyakan keberadaan Rezza. Gezio terus mengatakan tidak tahu namun akhirnya Quinata malah menangis.

REZZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang