Semangat nulis aku lagi membara nih🔥😘
Pencet bintang doang kok, ga pake bayar segala. Jadi jangan pelit pelit yaa!Selamat membaca sengkuhh😘
*****
Semakin hari keadaan Rezza dan Quinata semakin memburuk dan kacau. Sikap Rezza sejak dulu memang selalu datar kepada siapapun termasuk pada Quinata. Namun sekarang berbeda, laki-laki itu menunjukan jelas ketidaksukaannya pada Quinata.Setiap bertemu di sekolah, maka Rezza akan meliriknya tajam kemudian berlalu begitu saja.
Kadang juga Rezza memberikan kata-kata pedas ketika melintasi Quinata yang di hukum di lapangan setiap pagi karna terlambat.Gadis itu semakin sering terlambat karna Rezza tidak membangunkannya seperti beberapa waktu lalu. Quinata tidak masalah dengan hal itu, namun yang sedikit mengangunya adalah Rezza yang menyindirnya di depan umum.
Di depan para anggota OSIS bahkan murid-murid yang terlambat bersamanya.
Tidak sampai di sana, di rumah pun mereka seperti tidak saling mengenal. Rezza menepati perkataanya untuk tidak saling mengurus satu sama lain serta ikut campur urusan masing-masing.
Tidak ada lagi sarapan bersama, makan siang, dan makan malam. Quinata maupun Rezza menyiapkan makanan untuk mereka sendiri.
Dan hal lainnyapun seperti itu.Meski berada satu atap, tapi mereka jarang bertemu. Rezza jarang berada di rumah dan
Quinata pun sama. Mereka hanya di sana ketika malam untuk tidur sisanya mereka berada di luar. Quinata dan Rezza semakin seperti orang asing.Bahkan Rezza juga menaruh uang jajan Quinata untuk sebulan di atas meja. Padahal biasanya Rezza akan ngotot ingin memegang dan mengatur keuangan Quinata agar dia tidak boros.
Tapi anehnya Quinata merasakan jika Rezza menguarkan aura permusuhan untuknya.
Dia di buat bingung oleh Rezza. Makin ke sini Quinata makin mempertanyakan kesalahan
Yang di perbuatnya pada Rezza. Sebenarnya apa yang membuat laki-laki itu jadi membecinya seperti ini?.Jika karna kejadian tempo hari, rasanya tidak masuk akal. Quinata tau Rezza bukanlah tipe orang yang suka melebar-lebarkan masalah.
Rezza termasuk orang pandai yang tidak mudah percaya dengan sesuatu yang di dengar tanpa bukti yang jelas.Quinata juga tau Rezza bukanlah tipe orang yang baperan, untuk apa Rezza marah karna Quinata berniat memanfaatkannya? Hal itu terus terpikir oleh Quinata. Jika itu alasannya,
Quinata rasa Rezza terlalu kekanakan.Dia fikir ada alasan lain yang membuat Rezza jadi seperti ini. Tapi apa?
Quinata menghela nafas pelan. Benar dugaannya jika jarak mereka semakin jauh. Ini terasa cukup menyakitkan.
"Quinata, lo bengong mulu deh belakangan ini.
Ada masalah?" Decilia menghadap ke tempat duduk Quinata, memandang wajah lesu sahabatnya.Sinta mengangguk. "Iya.gak biasanya lo 3L gini."
"3L?" Beo Decilia bingung.
Sinta mengernyit. "Lemah, letih, lesu, lunglai."
"ITU EMPAT CINCIN!"
Sinta melongo sesaat kemudian memasukan kepalanya ke dalam tas dengan malu. "Njir, salah itung gue."
Decilia mendengus kecil dan menatap Quinata lagi. "Ayok cerita ke kita, Nata. Jangan pendem sendiri masalah lo."
"Bener. Ada apa emangnya? Lo berantem lagi sama mami lo?" Sinta mengeluarkan kepalanya dari dalam tas. "Soalnya kita ga boleh main ke rumah lo udah hampir 4 bulan.
Mami lo marah besar banget, ya?"
