Kalo ada yang typo tandain ya beibihh😘
*****
Kepala Quinata sudah berkali kali terbentur ke meja karna kantuk terus menyerang dirinya. Dia berusaha tetap duduk tegap di tengah pelajaran Indonesia yang sangat membosankan"Nata, bolos yok" Decilia menyikut Quinata hingga mata yang hampir terpejam kembali terbuka.
Sinta yang ada di depan mereka melirik sekilas dengan bibir maju beberapa senti "tega banget lo berdua ga ajak gue"
Sinta Algabreylara seorang siswi cantik dengan rambut sebahu . Di sertai dengan wajah yang cantik natural membuat siapapun kaum adam yang melihatnya langsung terpikat
Sebenarnya, Sinta adalah seorang siswa pindahan dari luar negri satu bulan yang lalu,
Dan entah mengapa, Sinta menjadi masuk sangat dalam pada kehidupan Quinata.
Dan perlahan lahan mereka pun menjadi teman.Quinata menoyor kepala Sinta "kalo mau ikut, ikut ajalah, ga usah bibirnya cosplay jadi Bebek segala"
Quinata kemudian berdiri dari kursinya. "Gue duluan, nanti lo sama Sinta nyusul. "
Dengan senyum lebar Quinata mengangkat tangan membuat ibu Osa langsung melihatnya.
"Ibu cantik, Quinata ijin kekamar mandi ya?. "Satu kelas melirik Quinata malas, ada beberapa juga yang menatapnya benci. Lagi-lagi pasti anak itu akan membolos membuat mereka semakin muak dengan Quinata.
"Silahkan"
Quinata mengedipkan sebelah matanya pada Decilia dan Sinta kemudian keluar kelas dengan wajah berseri-seri. Langkah Quinata membawanya ke kantin guna menunggu dua sahabatnya.
Namun, sampai di sana dia malah terpaku dengan jantung yang sedikit berdebar, matanya memandang lurus laki laki yang sedang tertawa hingga lesung di kedua pipinya terlihat.
Menyadari jika laki laki itu berjalan ke arahnya membuat Quinata segera pergi untuk menghindari perasaan yang hampir lenyap itu kembali bergejolak.
"Quinata."
Terlambat, salah satu pergelangan tangan Quinata sudah di cekal oleh pria itu. Quinata mengigit bibirnya kemudian menoleh perlahan dengan wajah tanpa ekspresi. "Gardia, lepas!"
Gardia tidak menyaut, dia malah menatap adit di sebelahnya "lo dulan aja, gue ada urusan bentar "
Tanpa menunggu jawaban temanya, Gardia segera menarik Quinata untuk menjauh dari sana. Gardia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak Quinata tau Gardia dan Aznila berpacaran,sangat sulit untuk menemui gadis itu. Dia selalu menghindari Gardia bahkan nomor beserta semua sosial medianya pun di blok oleh Quinata.
Gardia menyeret Quinata menuju belakang kantin. Meski terkesan memaksa, namum Gardia berusaha tidak terlalu kuat mencengkram lengan Quinata agar gadis itu tidak kesakitan.
"Lepas!" Quinata terus berontak sampai akhirnya Gardia melepaskan tanganya. Quinata langsung memalingkan wajah ketika melihat sorot mata hangat dari pria yang masih menempati hatinya sampai saat ini.
"Nata, jangan jauhin gue, jangan cuekin gue, jangan acuhin gue" deretan kalimat Gardia lontarkan pada Quinata
Kedua alis Quinata bertautan. "Terus lo pengen gue di deket lo kayak dulu?, lo gila?"
Gardia menunduk. "Nata, lo benci sama gue? ""Enggak." Quinata mengeleng. "Gue udah bilang kalo gue benci sama diri gue sendiri yang terlalu kebawa perasaan sama lo"
Menatap sorot mata Quinata yang berbeda membuat Gardia menghela nafas. Dia sepertinya sudah terlalu mengecewakan Quinata, gadis yang selama tiga tahun selalu menemaninya dalam keadaan apapun.