Volume 1: Prolog + Chapter 1

26 3 0
                                    

Question: Apa yang kalian pikirkan tentang waktu?

Kita sudah tahu, waktu adalah sesuatu yang terus bergerak maju, tanpa bisa dihentikan atau diulang kembali. Setiap detik yang berlalu adalah momen yang tidak bisa kita tarik kembali. Bahkan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan, waktu tetap menjadi misteri yang tak terjamah sepenuhnya oleh manusia.

Tentunya, teori relativitas memberi kita gambaran menarik—bahwa ketika kita mendekati kecepatan cahaya, waktu bisa terasa melambat. Namun, meskipun begitu, ia tetap bergerak. Tidak pernah berhenti, apalagi mundur.

Tapi pernahkah kalian bertanya-tanya, bagaimana jika waktu tidak sekeras itu?

Bagaimana jika kita diberi kesempatan untuk mengendalikannya? Untuk melangkah mundur dan mengubah apa yang telah terjadi, atau mungkin melompat jauh ke masa depan untuk melihat apa yang menanti kita di depan sana?

Dan jika itu benar-benar mungkin, apa yang akan kalian lakukan?
Apakah kalian akan kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan yang kalian sesali? Ataukah kalian akan memanfaatkan perjalanan itu untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang masa depan kalian sendiri?

Atau, mungkin, kalian akan menyadari bahwa waktu yang ada saat ini—sekarang—adalah satu-satunya yang benar-benar kalian miliki?

•••

_____________________________________________

Chapter 0: Prolog


06:15 pagi, suatu hari di bulan Agustus 2023.
[Institut Teknologi Jakarta]

DUG!!
Bunyi meja yang dipukul keras menggema di ruangan itu. Seorang pria paruh baya berusia sekitar 50 tahun, mengenakan setelan profesor, tampak frustrasi. Wajahnya tegang, dan matanya terpaku pada tumpukan kertas di depannya.

"Arghh, begini juga tidak bisa! Sialan!" bentaknya sambil mengacak rambutnya.

Profesor itu, seorang ilmuwan ambisius, memiliki impian besar—membuktikan bahwa paradoks waktu bukanlah sekadar hipotesis liar manusia. Tapi... hingga saat ini, dia masih belum menemukan jalan keluar.

---

13:20, di ruang rapat.

Ruangan penuh dengan ilmuwan dari berbagai bidang. Mereka terlibat diskusi serius tentang mekanisme kuantum-sebuah topik yang bahkan membuat para fisikawan terkemuka kebingungan.

Tiba-tiba, salah satu dari mereka mengangkat tangan. "Pak, saya punya usulan," katanya dengan suara tenang.

Pria itu menjelaskan idenya tentang metode perjalanan waktu menggunakan konsep dualisme partikel-gelombang cahaya. Dia menghubungkan fenomena tersebut dengan percobaan double-slit, membahas perilaku foton yang bisa berada di dua tempat sekaligus, atau yang disebut superposisi.

"Saya rasa fenomena ini bisa saja melibatkan 'dimensi lain'," katanya mantap. "Mungkin bapak dan rekan-rekan yang lain perlu mempertimbangkan ulang ide ini."

Suasana hening. Para ilmuwan saling pandang, mencoba mencerna teori yang terasa seperti fiksi ilmiah.

Sang profesor mendengus sinis. "Hah?! Bagaimana itu bisa masuk akal? Teknologi kita bahkan belum sampai sejauh itu!"

Namun, ilmuwan itu hanya tersenyum tipis. Dia mendekati profesornya dan berbisik, "Hmm... Berikan saya waktu satu atau dua tahun. Saya akan menyelesaikan semuanya dan kita akan bicara lagi, empat mata."

Entah kenapa, ucapan itu membuat si profesor merinding.

20 November 2025. Jakarta International High School.

Chrono-FluxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang