Volume 2: Chapter 9

1 1 0
                                    

Chapter 9: Wrath Unleashed

---

Di ruang sidang utama Spectral Order, suasana berubah menjadi tegang. Cahaya biru redup dari dinding kristal berpendar liar saat benang molekul Arata mulai merasuki ruangan. Borgol energi yang sebelumnya membatasi gerakannya telah melebur sepenuhnya.

Energi liar memancar dari tubuhnya, menciptakan distorsi kecil yang meretakkan lantai arena persidangan.

"Arata, kamu terlalu jauh!" seru Ethan dengan nada penuh kemarahan, mengaktifkan jam holografis di pergelangan tangannya. Dari perangkat itu muncul perisai berbentuk segi delapan yang melayang di depannya. "Kau benar-benar serius ingin melawan kami semua?"

Arata mengangkat wajahnya, napasnya memburu. Benang molekul di sekujur tubuhnya bergerak liar, membentuk pola tak beraturan yang seolah hidup. "Jika ini caranya kalian memberi "keadilan", maka aku akan menghancurkan prinsip itu!"

Ethan memutuskan untuk maju–—menyerang lebih dulu, melemparkan perisai energinya ke arah Arata dengan kecepatan yang hampir mustahil dihindari. Namun, benang molekul bereaksi cepat, menciptakan penghalang berbentuk spiral yang menyerap energi serangan itu sebelum meledakkannya kembali ke arah Ethan.

"Mustahil!" Ethan mundur beberapa langkah, menahan ledakan balik dengan penghalang holografisnya.

Di sisi lain arena, Layla Al-Fahim melompat maju. Dia memanfaatkan senjata plasma berbentuk dua bilah pedang. Dengan gerakan anggun, ia menyerang dari sisi kanan, membidik jantung Arata. Tapi sebelum pedangnya bisa mendekat, benang molekul melilit bilah itu, mengeluarkan energi panas dari lilitannya bagaikan kawat listrik.

Arata menarik Layla dengan kekuatan luar biasa, membuat wanita itu terlempar ke dinding arena. "Kalian nggak punya kesempatan menang melawanku sekarang!"

Luca, anggota Spectral Order bertubuh besar, melangkah maju dengan perlahan. Aura birunya mengisi ruangan, menandakan ia juga telah mengaktifkan kemampuan pelindungnya. "Tenang, Arata," katanya dengan suara berat. "Kau hanya mengacau karena amarah. Aku akan mengakhirinya sekarang."

Luca mengayunkan tinju kanannya, yang dibalut energi keras seperti baja. Arata melompat mundur, tapi serangan itu cukup untuk menciptakan gelombang kejut kuat yang dapat menghancurkan lantai tempat ia berdiri.

Arata tak gentar. Benang-benang molekulnya memadat, berubah menjadi sebuah tombak panjang yang dilemparkan ke arah Luca. Tombak itu menghantam pelindung Luca, menciptakan ledakan energi besar yang membuat seluruh arena bergetar.

Namun, Luca tetap berdiri. "Benang molekulmu kuat, tapi tidak cukup untuk menembus pertahananku."

Arata tersenyum sinis. "Kau belum melihat semuanya. Begitu juga aku."

Dengan satu gerakan, Arata memanipulasi benang molekulnya lagi menjadi tali laso untuk melilit tubuh Luca, menciptakan tekanan luar biasa hingga pria besar itu jatuh berlutut.

Puncak Kekacauan

Di saat itu, anggota Spectral Order lainnya mulai menyerang bersama. Serangan energi, plasma, dan holografis bertubi-tubi menghujani Arata. Namun, benang molekulnya semakin ganas, menciptakan medan pelindung dan menyerang balik dengan pola yang tak terduga.

Arena persidangan berubah menjadi medan perang. Dinding-dinding kristal mulai retak, dan distorsi dimensi terlihat di udara.

Anggota Spectral Order terpaksa bekerja sama, tapi Arata terus mendominasi dengan amarah dan kekuatan yang tak terkendali.

"Hentikan ini sekarang, Arata Satou! Kami udah kalah!" seru Damian Marcus di sela pertarungan, darah mengalir dari pelipisnya.

Namun, Arata hanya menatap mereka dengan mata berkilat. "Kalian yang memulai ini semua. Dan aku akan menyelesaikannya."

Chrono-FluxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang