Volume 1: Chapter 8

3 2 0
                                    

Chapter 8: Super power?

---

Mantap! Aku sudah mulai terbiasa dengan tempo bertarung Albert sekarang.

Namun, meskipun aku sudah bisa membaca gerakannya, aku masih belum berhasil mendaratkan serangan yang benar-benar fatal kepadanya. Pria itu terus menekan, menguji batas kekuatanku. Setiap serangannya seperti badai yang tak berhenti.

Di saat-saat seperti ini, sebuah kenangan lama muncul di benakku—kenangan tentang seorang Pendekar Pencak Silat yang pernah menjadi guruku semasa kecil.

---

"Arata," suaranya terdengar tegas namun lembut di ingatanku. "Kamu memiliki fisik yang luar biasa untuk anak seusiamu. Tapi, itu saja tidak cukup. Ada hal lain yang harus kau pahami."

Aku mengingat dengan jelas tatapan matanya saat itu, penuh kebijaksanaan yang mendalam.

"Setiap manusia itu terdiri atas dua aspek: jasmani dan rohani, jiwa dan raga. Untuk menjadi seorang pendekar sejati, kau harus bisa menyeimbangkan kedua aspek ini. Jangan hanya melatih tubuhmu; latih juga batinmu. Ketika batinmu tenang, kekuatan sejati akan muncul."

Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara yang lebih pelan, seolah membisikkan rahasia.

"Ada sebuah teknik khusus yang sebenarnya hanya bisa dikuasai oleh para Master, teknik itu disebut Sentuhan Jiwa. Cara mengakses teknik ini yaitu dengan menggabungkan gerakan dasar Pencak Silat dengan tenaga dalam, yang disebut sebagai Energi Chi. Dengan itu, kita menjadi mampu menyentuh sesuatu yang tak terlihat—bahkan jiwa sekalipun."

Aku ingat betapa bingungnya aku saat mendengar penjelasannya waktu itu. Tapi dia melanjutkan dengan senyum percaya diri.

"Energi Chi tidak dapat dilihat oleh sembarang orang. Hanya mereka yang memiliki tingkat kerohanian tinggi yang bisa menyadari keberadaannya. Tapi aku yakin, Arata, kamu memiliki bakat besar. Kau hanya perlu melatih batinmu, maka tidak lama lagi kau akan dapat menguasai teknik ini."

---

Kenangan itu membuat semangatku bangkit lagi. Tanpa sadar, aku melancarkan tendangan ke arah Albert, membuatnya terpental beberapa meter ke belakang. Wajahnya menunjukkan ekspresi kesal yang semakin jelas, tapi aku tahu dia akan mencoba memancingku untuk menyerangnya lagi.

“Ayo, Arata! Serang aku! Kau bisa lebih dari ini, kan?!” teriaknya sambil melangkah maju.

Namun, aku memilih untuk tetap tenang. Bukannya menyerang balik, aku menutup mataku, menarik napas panjang, dan mencoba memusatkan pikiran serta mentalku. Aku harus fokus. Kalau tidak, aku tidak akan pernah bisa menggunakan chi.

Bahkan dalam kegelapan mataku yang tertutup, aku bisa merasakan pergerakan Albert dari suaranya. Langkahnya cepat, tapi aku tahu arah datangnya. Ketika aku membuka mata, aku melihat dia berlari ke arahku dengan kecepatan luar biasa. Tapi tunggu... dia tidak sedang berlari.

Dia melayang di atas lantai!

Dia pasti memanfaatkan elektron-elektron di sekitarnya untuk menciptakan efek tolak-menolak, pikirku. Aku tidak bisa menahan diri untuk terkesima sejenak. Itu teknik yang cerdas!

“AYO SERANG AKU LAGI, ARATA SATOU!” teriaknya sambil melompat tinggi.

Pukulan besar mengarah dari atas ke arahku. Tapi aku sudah siap. Aku bergeser ke samping dengan gerakan cepat, menghindari serangannya. Tepat sebelum dia mendarat, aku memanfaatkan posisiku dan melayangkan siku ke perut sampingnya.

Albert terpental lagi, kali ini lebih jauh. Tapi aku tahu serangan itu belum cukup untuk membuatnya menyerah. Dia bangkit kembali, tatapan matanya penuh dengan kemarahan yang membara.

Chrono-FluxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang