Volume 1: Chapter 9

2 2 0
                                    

Chapter 9: Interdimensional

---

Seluruh tubuhku terasa seperti tersedot oleh sesuatu yang tak terlihat.

Ketika aku membuka mata, aku mendapati diriku melayang di udara. Perasaan aneh menyelimutiku—aku tahu aku sedang bergerak, tetapi tidak merasa seperti mengendalikan tubuhku sendiri. Aku terkejut melihat diriku melayangkan pukulan demi pukulan ke arah Pak Albert yang berpakaian seperti ilmuwan.

Di kejauhan, aku melihat seseorang. Casstar Isogai.

Wajahnya penuh kebingungan, matanya terpaku padaku yang berada di udara. Dia terlihat seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi hanya diam, menatapku dengan ekspresi tak percaya.

Saat itu juga, aku menyadari sesuatu yang mengejutkan: Aku berada di masa sekarang!

Namun, perasaan itu bercampur dengan ketidakberdayaan. Aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Tanganku bergerak sendiri, melayangkan serangan ke arah Albert tanpa henti. Aku mencoba menghentikan gerakanku, tetapi tidak berhasil. Dan ketika aku menatap tanganku sendiri, aku terkejut.

Seluruh tubuhku... hanya terdiri dari partikel-partikel atom.

Partikel-partikel itu tampak jauh lebih renggang dibandingkan dengan tubuh Albert di masa lalu. Tubuhku nyaris tidak terlihat nyata, hanya sekumpulan energi yang membentuk bayangan diriku.

---

Di sisi lain, Casstar memandang dengan ekspresi penuh kebingungan.

"I-itu... Arata? Ta-tapi kenapa dia melayang...?" gumam Casstar dalam hati.

Matanya memperhatikan gerakan Arata yang tampak tidak seperti manusia biasa. Namun, yang membuat Casstar lebih bingung adalah dia dapat melihat Arata dengan sangat jelas—utuh, seperti manusia biasa—meskipun tubuh Arata sebenarnya hanya terdiri dari partikel-partikel yang seharusnya tidak kasatmata.

"Oi, Satou!! Sedang apa kamu di situ, sialan?!" teriak Casstar.

Mendengar suara itu, tubuhku tiba-tiba berhenti menyerang Albert. Aku menoleh ke arah Casstar dengan perasaan campur aduk.

"K-Kasuta?" ucapku, menyebut nama panggilan lamanya saat kami masih kelas 7.

Aku merasa ada kehangatan dalam kata itu, meskipun situasinya begitu kacau. Perasaan senang menyelimuti diriku saat menyadari bahwa aku bisa menggerakkan tubuhku lagi—aku akhirnya bisa mengontrol diriku sendiri.

Aku berniat menghampiri Casstar yang sedang terkapar sekitar sepuluh meter di depanku. Tetapi, saat aku melangkahkan kaki pertama kali...

ZZZIPP!

Dalam sekejap, dunia di sekitarku berubah. Pemandangan Casstar yang berada di depanku menghilang, digantikan oleh tangga sekolah yang kini berubah menjadi eskalator.

"Hah?!" aku terkejut, langkahku terhenti. "Apa-apaan ini...?"

Aku mencoba memahami apa yang terjadi, tetapi sebelum aku bisa melangkah lagi, pemandangan di sekitarku kembali berubah. Sekolah yang tadinya kukenal kini tampak futuristik, penuh dengan teknologi canggih yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

"Apa yang terjadi?! Jangan bilang... Aku melintasi dimensi hanya dengan berjalan?!"

---

Setiap langkahku terasa seperti membawa diriku lima tahun ke masa depan.

Aku menyadari, kini aku berada di sekitar tahun 2095. Perasaan bingung dan takut mulai menguasai pikiranku. Aku mencoba untuk tetap tenang, menarik napas dalam-dalam sambil berpikir keras. Aku harus menggunakan chi. Itu mungkin satu-satunya cara untuk menghentikan kekacauan ini.

Chrono-FluxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang