Chapter 10: Welcome Home
---
Dari kejauhan, Andreas dan Kaede melihat sesuatu yang aneh--gedung sekolah yang tadinya nyaris runtuh kini tampak lebih stabil. Getaran yang sebelumnya terasa begitu kuat kini perlahan menghilang, seolah-olah waktu sendiri mulai menyesuaikan dirinya kembali.
Tanpa membuang waktu, mereka berdua bergegas menuju gedung utama untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi di dalamnya.
---
Di dalam gedung utama, Casstar masih terpaku pada Arata.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia kembali melihat sosok sahabat lamanya. Namun, ada sesuatu yang janggal. Arata tampak seperti biasa, tetapi ketika Casstar mencoba menyentuh tangannya, jari-jarinya justru menembus telapak tangan Arata, seolah tubuh itu hanyalah ilusi.
"Hah?! Kenapa bentukmu begini, Satou?! Lu arwah, ya?!"
Arata langsung menghela napas, merasa bingung bagaimana menjelaskannya. "Bukan! Hmm... gimana ya jelasinnya..."
Casstar menyipitkan matanya, memperhatikan tubuh Arata dengan lebih teliti. Dia bukan arwah, tapi juga bukan manusia dalam wujud normal. Setelah berpikir sejenak, Casstar akhirnya mengutarakan dugaannya.
"Ohh... jadi badanmu berubah jadi partikel, ya? Apa ini ada kaitannya sama perjalanan waktu?"
Mata Arata melebar. Dia terkejut karena Casstar bisa memahami situasinya hanya dengan melihat sekilas. Dulu, Casstar bukan seseorang yang bisa menganalisis hal serumit ini dengan cepat.
"Iya, benar! Kok kamu bisa tau?" tanya Arata, masih tidak percaya.
Casstar hanya terkekeh kecil. "Hehe, itu cuma dugaanku aja sih... Tapi asal kau tahu, aku ini udah lebih pintar dari yang dulu!" katanya dengan nada bangga.
Arata tersenyum tipis mendengar itu, tapi segera kembali serius. "Aku sebenarnya mau minta tolong. Aku harus mengembalikan tubuh fisikku, tapi... aku sendiri belum tahu caranya. Aku harap kamu bisa membantuku."
Casstar terdiam sejenak, berpikir. Kemudian, sebuah ide terlintas dalam benaknya. Dia teringat sesuatu-laser yang digunakan Albert untuk menyerang rekan-rekannya.
Tanpa menjelaskan apa pun, Casstar langsung berlari menuju reruntuhan atap, mencari sesuatu. Arata memperhatikannya dengan heran. "Apa yang dia lakukan...?" pikirnya.
Tak lama, Casstar kembali dengan tiga buah penembak laser yang ia temukan di antara puing-puing.
"Nih, coba kita tes sesuatu," ucap Casstar sambil mengangkat salah satu laser.
Arata hanya bisa menatapnya dengan ragu. "Tunggu, kau mau menembakku dengan itu?! Aku baru kembali, jangan langsung ditembak, lah!"
Casstar tidak peduli dengan protesnya. Dia langsung menembakkan sinar energi dari laser itu ke tubuh Arata. Seketika, cahaya dari laser tersedot masuk ke dalam partikel-partikel tubuh Arata.
Arata menatap dirinya sendiri, menunggu sesuatu terjadi. Namun... tidak ada perubahan apa pun.
Casstar masih belum puas. "Kalau begitu, kita tambah lagi!" katanya sambil menembakkan laser berkali-kali.
"Tunggu! Jangan berlebihan--"
BOOM!
Salah satu laser tiba-tiba meledak di genggaman Casstar karena overheat. Arata terkejut dan buru-buru berlari ke arahnya. Saat asap dari ledakan mulai menipis, Casstar terlihat duduk di lantai dengan beberapa luka kecil di tangannya, tetapi masih dalam keadaan baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chrono-Flux
AdventureSemua orang pasti mau bisa melakukan perjalanan waktu. Begitu juga dengan Arata Satou, seorang siswa kelas 10 yang bersekolah di salah satu sekolah paling ternama di Asia Tenggara. Cerita bermula dengan Arata yang awalnya hanya ingin pergi ke toile...