Bab 2

4.2K 189 4
                                    

Pancaran cahaya matahari sudah tiada,  tergantikan oleh cahaya remang bulan ketika malam sudah menyambut. Di dalam rumah yang memiiki empat lantai dengan bergaya Modern, para pelayan saat ini tengah begitu sibuk menyiapkan berbagai hidangan sesuai titah nyonya rumah mereka. Ada yang sibuk menata makanan di atas meja yang sudah di dekorasi sesuai permintaan Nyonya rumah, ada pula yang menata hidangan pencucui mulut di meja terpisah, yaitu di meja ruang keluarga. Sedangkan Elena, dia juga terlihat di sana dengan menata bunga segar di atas meja yang diletakan di dalam vas bunga.

Derap langkah kaki yang memasuki ruang meja makan membuat para pelayan menoleh, dan seketika menunduk hormat ketika Eizer terlihat berjalan ke arah mereka.

"Untuk apa semua ini?" tanya Eizer. Matanya bergulir memperhatikan semua dekorasi yang sudah disiapkan para pelayan rumahnya.

"Nyonya besar akan datang kemari, Tuan, dan Nyonya meminta kami untuk mempersiapkan makan malam," jawab Sally, kepala pelayan.

Eizer tidak bereaksi apapun, dan setelahnya dia terlihat berbalik, berjalan ke arah ruang keluarga, meninggalkan ketegangan para pelayan.

Elena berdiri di dekat lemari kaca, dengan memegang bunga di tangannya terbengong. Dia masih ingat ucapan Eizer ketika sore tadi, dan itu sedikit membuatnya merasa takut untuk kembali melihat atau bertemu dengan Tuan rumah itu. Dia pun berharap, bahwa selama bekerja menggantikan ibunya di sana dia tidak akan lagi bertemu dengan Eizer.

Setelah pekerjaannya selesai, Elena di perbolehkan untuk segera masuk ke dalam kamarnya, yaitu kamar para pelayan yang sudah disediakan di sana, di mana kamar itu berjejer rapi di bagian belakang rumah.

"Uh, leganya," ucap Elena, saat dirinya membaringkan tubuhnya di atas ranjang kecil dengan kaki yang masih menjutai mengenai lantai. "Bekerja mengurus bunga di sini sangat menyenangkan karena bisa melihat bunga-bunga yang indah, tapi tidak enaknya adalah Tuan dan Nyonya. Mereka yang tidak menyenangkan," gumam Elena. Bukannya dia sembarangan berbicara seperti itu, tetapi para pelayan lain yang mengatakan, dan ibunya juga pernah menasehatinya agar dirinya jangan sampai bersinggungan langsung dengan mereka berdua.

Setelah cukup lama berbaring, Elena saat ini memilih segera membersihkan dirinya dari keringat yang menempel di tubuhnya. Dia berjalan ke arah kamar mandi dan segera mengguyur tubuhnya menggunkan air hangat. Setelah selesai membersihkan diri dan mengenakan gaun tidurnya, barulah Elena membaringkan dirinya di atas ranjang dan mencoba memejamkan matanya.

**

Di ruang kelurga, Deborah dan Belinda,  Mereka tengah duduk berdampingan dengan mengobrol begitu hangat, apalgi ketika Belinda memuji hasil dekorasi bunga di atas meja, membuat Deborah begitu senang. Dia benar-benar membuktikan bahwa dia telah menjadi Nyonya rumah dan menantu yang di inginkan ibu Eizer. Itu tak heran karena mereka menikah memang atas perjodohan ibu Eizer, sehingga dia selalu ingin membuktikan bahwa ibu Eizer tak salah memilih dirinya untuk anaknya.

"Rumah ini akan semakin hangat jika kalian sudah memiliki anak," ucap Belinda. Dia melihat ke arah Deborah. Dia juga melihat ke arah suaminya yang duduk di sebrang mereka. "Benarkan Daddy," ucapnya. Dia meminta pendapat suaminya.

"Benar," jawab suaminya dengan tersenyum kepadanya.

Deborah memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Dia selalu merasa tertekan setiap kali Belinda membahas anak. Bagimana jika seandainya Belinda tahu kondisinya dan perbuatannya. Dia sudah yakin bahwa dirinya akan di keluarkan secara tidak hormat dari rumah itu, dan semua kekayaan yang dirinya nikmati saat ini akan menghilang secara paksa.

"Mommy yakin kalian akan segera memilki anak. Dokter juga sudah memberitahukan bahwa kalian berdua subur," sambung Belinda.

"Iya Mommy, aku dan Eizer akan mengusahkan yang terbaik," balas Deborah.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang