Bab 29

1.7K 179 28
                                    

Tatapan merendahkan terlihat sangat jelas di mata Hera ketika Elena baru saja keluar dari kamar Deborah. Hera tidak mengatakan apa pun terapi bibirnya bergerak komat-kamit mirip nenek sihir yang sedang membaca mantra.

Elena menuruni tangga, dia berniat segera pergi dari sana, ingin segera ke kamarnya dan masuk kedalam kamar mandi untuk menumpahkan segala sesak di dalam dadanya. Perkataan dan fakta bahwa Deborah mengetahui segalanya membuatnya semakin merasa bersalah.

Derap langkah kaki menaiki tangga membuat Elena yang sedang menunduk segera mendongak. Dia melihat Eizer yang saat ini menghampirinya dan tanpa mengatakan apa pun pria itu meraih tangannya dan membawanya kembali naik. Eizer membawanya berjalan ke arah tangga selanjutnya yang menuju ke lantai empat, dan sudah dipastikan bahwa dia akan membawa dirinya ke ruangan pribadinya.

"Tuan," panggil Elena. Dia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Eizer ketika mereka sudah berada di dalam kamar.

"Apa yang kau lakukan di kamarnya?" tanya Eizer. Dia yang baru pulang dari kantor sudah disuguhkan dengan Elena yang keluar dari kamar dirinya dan Deborah. Kecurigaan tentu saja memenuhi otaknya. Dia tidak ingin Deborah berkata hal-hal yang tidak wajar kepada Elena.

"Mengganti bunga," jawab Elena.

"Hanya itu?" tanya Eizer tak percaya.

Elena hanya mengangguk dan memalingkan wajahnya. Kepalanya juga berdenyut sakit membuatnya meringis kecil.

Eizer membawa tubuh Elena duduk di atas meja dan dia menyelipkan dirinya di antara kaki Elena. Dia juga menundukan wajahnya agar bisa dengan jelas melihat wajah gadis yang saat ini menatap dirinya dengan mata ambernya.

"Tidak perlu menyembunyikan apa pun dariku," ucap Eizer. Tangannya terangkat dan membelai wajah Elena yang begitu halus ketika disentuhnya.

Elena mendongak, matanya bergulir memperhatikan gurat wajah Eizer. Dia teringat bagaimana Deborah mengatakan bahwa dirinya begitu mencintai Eizer dan terluka atas apa yang mereka lakukan. Dia juga ingat Deborah mengatakan bahwa Eizer melakukan semua itu hanya karena butuh hiburan, tidak lebih, karena dia percaya bahwa Eizer hanya mencintainya dan apa pun yang terjadi Eizer akan tetap kembali kepadanya. Bukan pergi dengan barang yang tidak ada harganya sama sekali.

"Saya tidak menyembunyikan apa pun." Elena segera memalingkan wajahnya kembali.

Eizer sedikit memahami sikap Elena. Gadis di depannya itu tidak mudah menceritakan apa pun kepada orang lain. Dan dirinya tentu saja orang lain bagi Elena.

"Saya harus kembali, Tuan. Ibu saya pasti sudah menunggu saya," ucap Elena.

"Apa ibumu memarahimu?"

Elena seketika kembali mendongak saat mendengar pertanyaan Eizer. Dia tidak tahu kenapa Eizer bertanya seperti itu.

"Aku bertemu dengan ibumu di depan. Dia mengetahui segalanya, bukan?" Eizer kembali membelai wajah Elena dengan begitu lembut. Dia memperhatikan mata Elena yang saat itu mulai memerah. "Apa yang dia katakan kepadamu?" Eizer kembali bertanya. Sorot mata tajamnya memindai raut wajah Elena.

Sedangkan Elena hanya diam tidak menjawab. Dia hanya kembali mendongak dan menatap Eizer yang juga menatapnya.

"Aku akan berbicara lagi kepada ibumu nanti," ucap Eizer lagi ketika Elena terus diam. "Aku akan menjelaskan semuanya," sambungnya.

"Tidak perlu," balas Elena.

"Aku tidak meminta pendapatmu!" ucap Eizer cepat.

Mata Elena tanpa sadar bergulir kesal. Dia juga sedikit mendorong dada Eizer agar menjauh darinya, tetapi Eizer tetap tak bergerak sama sekali, membuatnya hanya bisa menarik napas dengan kasar.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang