Bab 18: 🤏🔞

6.8K 148 13
                                    

Difuser Eizer letakan di atas meja dekat dengan vas bunga, sehingga uapnya terlihat mengepul dan mulai menyebarkan keharuman aromaterapi keseluruh ruangan. Jendela juga sudah tertutup rapat, menyisakan tirainya saja yang masih di biarkan terbuka. Sengaja Eizer lakukan agar dirinya bisa melihat cahaya bulan.

"Sampai kapan kau akan seperti itu?" tanya Eizer. Dia mendudukkan dirinya di kursi dengan tangan yang mulai sibuk mengusap rambut basahnya menggunkan handuk kecil.

"Sampai sekiranya para pelayan sudah tertidur," ucap Elena. Kedua tangannya mendekap baju kotor miliknya, sedangkan di tubuhnya saat ini hanya menyisakan jubah mandi milik Eizer.

Eizer mendengus. Dia tidak habis pikir dengan Elena. Ketimbang memakai baju miliknya, Elena lebih memilih duduk diam dengan baju kotor di dekapannya.

Sedangkan Elena, dia saat ini berusaha menormalkan detak jantungnya akibat ulah Eizer yang beberapa menit lalu membawanya kedalam kamar mandi, bahkan memandikannya. Sungguh itu hal yang memalukan. Dia ingin segera pergi dari sana tetapi itu tidak mungkin ketika keadaannya saja seperti saat ini.

"Itu terserah dirimu," balas Eizer.

Setelah itu mereka berdua sama-sama terdiam, membiarkan keheningan mengisi di sela-sela mereka. Hingga pada akhirnya Elne baru teringat dengan permintaan kepala pelayan yang memintanya menyampaikan ucapannya.

"Ya ampun," lirih Elena. Dia menggigit kukunya dengan gusar. Hal itu salah satu kebiasannya jika merasa gugup atau merasa takut.

"Ada apa?" tanya Eizer. Dia berjalan ke arah Elena yang masih berdiri di dekat tempat tidurnya. Elena Menolak untuk duduk saat dirinya memintanya untuk duduk. Elena beralasan merasa tak sopan.

"Tuan, saya meluapkan sesuatu," ucap Elena. "Kepala pelayan meminta saya untuk menyampaikan bahwa makanan di bawah sudah siap," sambungnya. Matanya bergulir melihat ke arah jam yang tergantung di dinding. Dia begitu kaget ketika jarum jam sudah menunjukkan angka tujuh malam.

Tanpa membalas apa yang di katakan Elena, Eizer saat ini berjalan ke arah telepon.

Elena memperhatikan apa yang dilakukan Eizer. Dia juga bisa mendengar bahwa Eizer meminta pelayan untuk mengantarkan makanan kedalam kamarnya. Hal itu tentu saja membuatnya kaget. Bagaimana jika para pelayan melihat dirinya di sana, sudah pasti hidupnya akan berakhir saat itu juga.

"Kau bisa bersembunyi di mana saja." Eizer berucap pelan. Dia bisa melihat ketakutan Elena.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk para pelayan mengantarkan makanan yang di minta Tuan mereka. Dan saat ini kepala pelayan dan dua pelayan lainnya telah membawa masuk dua baki makanan dan menaruhnya di atas meja setelah Eizer mengijinkan mereka masuk. Sedangkan Elena sendiri sudah melarikan diri untuk bersembunyi di dalam kamar mandi.

"Selamat menikmati makan malamnya, Tuan. Jika ada makanan lain yang Tuan inginkan mohon untuk kembali memberitahu kami," ucap Sally si kepala pelayan.

"Ini sudah cukup," jawab Eizer.

Sally mengangguk dan mereka segera pergi dari sana setelah bermapitan kepada Eizer.

Setelah memastikan tiga pelayannya pergi, Eizer berjalan ke arah kamar mandi dan membuka pintunya. Di saat itulah dia mendapati Elena yang berdiri di pojokan kamar mandi, dan kini melihat ke arahnya. "Keluarlah! Mereka sudah pergi," ucapnya.

Elena menurut, dia berjalan ke arah Eizer, ingin segera keluar. Namun, tubuh Eizer masih berada di tengah pintu dan sepertinya tidak berniat berpindah tempat. "Saya akan keluar," ucap Elena.

Eizer masih terdiam. Dia memperhatikan wajah Elena yang terlihat begitu putih dan lembut. Tangannya terangkat, menarik Elena agar lebih mendekat ke arahnya.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang