Bab 16

6.8K 287 9
                                    

Ruangan VVIP di pilih Eizer sebagai ruang rawat ibunya. Fasilitas terbaik tentunya. Dia ingin menjamin ibunya merasa nyaman walaupun kebenarannya itu tak mungkin saat Ibunya saja harus memiliki Cedera di kepala dan kaki. Meskipun begitu, Eizer merasa bersyukur karena ibunya tidak mengalami luka yang cukup serius seperti supir ibunya yang hingga saat ini belum sadarkan diri. Dia juga mengusahakan yang terbaik untuk supir ibunya dan berharap semuanya akan baik-baik saja.

Eizer saat ini tengah duduk di kursi tepat di samping ranjang pasien ibunya. Dia sedang memainkan ponselnya karena bertukar pesan dengan ayahnya yang baru saja dirinya beritahu jika ibunya mengalami kecelakaan. Itu sengaja Eizer lakukan karena tidak ingin ayahnya yang berada di negara lain merasa khawatir, terlebih dia tahu ayahnya yang akan melakukan apa pun ketika mendengar ibunya tidak baik-baik saja.

"Ei, di mana Deborah?" tanya Belinda ketika dia tidak mendapati menantunya. Dia beberapa menit yang lalu baru membuka mata setelah sehari semalam tak sadarkan diri.

"Mommy," panggil Deborah. Dia membuka pintu ruangan. Dia terlihat sedih dan langsung mendekat, memeluk ibu mertuanya. "Bagaimana keadaan Mommy?" tanya dirinya.

"Belinda terdiam. Dia melihat ke arah sebelah kakinya yang saat ini cukup sulit untuk digerakan.

"Tidak, tidak apa-apa, Mommy. Aku yakin kaki Mommy bisa seperti semula lagi," ucap Deborah meyakinkan ketika melihat ibu mertuanya terlihat sedih.

"Semoga saja Sayang," ucap Belinda.

Eizer yang duduk di sofa memperhatikan interaksi mereka berdua. Deborah dan ibunya memang begitu dekat. Ibunya sangat menyayangi Deborah selayaknya anak sendiri. Semua itu berawal ketika dulu Deborah pernah membantu ibunya saat terjatuh di pusat perbelanjaan. Terlebih ketika ibunya tahu jika Deborah adalah anak teman lamanya yang sudah meninggal.

Seorang dokter masuk kedalam ruangan bersama dengan seorang perawat untuk kembali memeriksa keadaan Belinda.

"Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?" tanya Deborah. Rasa khawatirnya memang sangat terlihat jelas.

"Untuk saat ini keadaan Nyonya Belinda sudah lebih baik," ucap Dokter. "

Deborah tersenyum mendengar jawaban yang dokter berikan.

Setelah memeriksa dan menjelaskan keadaan Belinda, Dokter kini berjalan ke arah luar, namun dia berhenti tepat di dekat Eizer. "Tuan Eizer, saya ingin membicarakan soal kondisi Nyonya Belinda. Bisakah anda ikut ke ruangan saya? " tanya dokter itu.

Eizer mengangguk dan ikut keluar bersama dokter. Sehingga saat ini mereka sudah duduk di ruangan dokter dengan saling berhadapan. Dokter itu juga memberikan sebuah dokumen kepada Eizer.

"Keadaan Nyonya Belinda memang terbilang baik  karena tidak mengalami luka yang dalam. Kakinya juga bisa kembali normal dengan terapi begitupun dengan luka di kepala yang hanya terbentur sedikit," jelas dokter. "Namun, untuk keadaan jantungnya, ini sangat terbilang tidak Baik-baik saja. Nyonya mengalami kekagetan dan panik yang luar biasa hingga berimbas kepada jantungnya. Dan untuk berjaga-jaga hindari sesuatu yang membuat dirinya kembali mengalami hal seperti itu, " ucap dokter lagi. Dia menunjukkan data riwayat jantung Belinda yang memang selama ini sudah dirinya tangani.

Eizer terdiam mendengar penjelasan Dokter. Setelahnya dia hanya mengangguk, dan setelah itu dia bermapitan keluar dengan pikiran yang berlarian saat ini. Keadaan ibunya benar-benar membuatnya khawatir. Lalu, tidak mungkin baginya memberitahu ibunya jika dirinya berniat menceraikan Deborah. Itu semua sama saja dengan membunuh ibunya, trlebih jika dirinya memberitahukan alasan dirinya menceraikan Deborah.

"Eizer, kau darimana saja?"

Eizer menoleh kepada Deborah yang saat itu berjalan ke arahnya. Dia juga berjalan dan melewati Deborah yang saat ini menghentikan langkahnya.

Troubled Man(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang