Bab 7

2.7K 152 8
                                    

Happy Reading 🥰
__________________

Elena dan rose saat ini berada di depan pintu masuk Paviliun. Elena memohon kepada Rose untuk mengantarnya menemui Eizer yang saat ini berada di dalam Paviliun. Jujur saja dia merasa takut dan bingung cara berbicara dengan Eizer yang sikapapnya selalu aneh jika berada dekat dengannya.

"Ketuklah pintunya Elena! Aku akan membantumu berbicara dengan, Tuan," ucap Rose. Dia tahu bahwa Elena merasa takut.

Elena mengangguk. Dia mengetuk pintu Paviliun dan menunggu pintu itu terbuka.

"Mungkin Tuan tertidur. Rose kembali berbicara. " Tetapi yang aku tahu Tuan tidak akan bermalam di sini. Dia selalu masuk kedalam rumah," sambungnya.

"Apa sebaiknya besok saja, Bibi." Elena berbicara dengan tidak yakin.

"Baiklah kalau begitu," balas Rose.

Mereka berdua berbalik dan berniat pergi dari sana, tetapi pintu Paviliun terdengar terbuka sehingga membuat mereka menoleh dan mendapati Eizer berdiri di sana dengan hanya menggunakan jubah mandi.

"Ada apa?" tanya Eizer.

"Tuan, ada yang ingin kami bicarakan dengan Tuan." Rose terlebih dahulu berbicara, tetapi ketika dirinya ingin kembali berbicara Elena menyentuh tangannya dan menggelengkan kepalanya.

"Biarkan aku saja yang berbicara, Bibi," ucapnya. Dia tidak ingin membuat Rose kerepotan karena harus menjelaskan apa tujuan mereka ke sana.

Eizer hanya diam, tetapi dia sesekali memperhatikan Elena. "Jika tidak ada hal yang penting lebih baik kalian pergi! Ini sudah malam," ucapnya.

Elena maju selangkah untuk menghadap Eizer. Dia mendongak untuk melihat Eizer, dan dengan memberanikan diri dia mulai berbicara. "Tuan, ada hal yang ingin saya sampaikan. Sa-saya butuh bantuan, anda," ucapnya.

Kedua alis Eizer tertaut. Bantuan, Bantuan apa yang di inginkan Elena. "Berbicaralah di dalam! Dan untukmu, Rose, kau boleh pergi. Dia yang punya urusan denganku, jadi biarkan dia yang menjelaskan apa maksudnya tadi," ucap Eizer.

Rose mengangguk mengerti, dan segera pergi dari sana setelah berpamitan kepada Eizer. Dia berharap Elena berhasil meminta bantuan kepada Eizer, karena dia tahu jika Eizer orang yang baik walaupun sikapnya terkadang acuh tak acuh.

Saat ini Eizer mendudukan diriny di sofa, sedangkan Elena masih berdiri dengan menautkan kedua tanganya. Dia menundukkan kepalanya, berbisik kepada dirinya sendiri agar dia tak perlu takut.

"Katakan!" perintah Eizer.

"Tolong bantu saya, Tuan. Ibu saya harus segera di operasi, dan biayanya sangat besar, sedangkan saya tidak memiliki uang sebanyak itu. Saya ingin meminjam uang kepada, Tuan. Saya berjanji akan membayarnya. Saya berharap Tuan bisa membantu saya." Elena menarik napasnya setelah mengatakan itu. Dia menatap Eizer dengan penuh pengharapan.

"Dengan apa kau bisa membayarnya?" tanya Eizer. "Sedangkan imbalan pekerjaanmu saja tidak sebesar itu," sambungnya.

Mendengar pertanyaan seperti itu membuat Elena terdiam. Hatinya benar-benar sakit. Eizer seakan benar-benar merendahkannya. "Saya akan melakukan apapun yang Tuan inginkan. Jika perlu saya akan bekerja di sini seumur hidup saya." jawab Elena.

Smirk terlihat jelas di bibir Eizer. Dia inginnya tertawa mendengar apa yang di ucapkan Elena. Elena tidak tahu bahwa ucapannya seakan dia menyerahkan dirinya kepada Eizer.

"Saya mohon, Tuan," ucap Elena lagi ketika Eizer hanya diam.

"Apa kau serius dengan ucapanmu?" tanya Eizer memastikan.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang