Bab 32

1.6K 162 19
                                    

Tenggelamnya matahari membuktikan bahwa siang kini telah berganti malam, dan langit yang cerahpun telah berganti warna gelap sempurna yang bahkan telah berhias air hujan. Butiran airnya berjatuhan menyentuh tanah, sehingga aroma Petrichor tercium sangat khas.

Di dalam kamar bernuansa abu-abu dengan desain modern yang tak lagi asing bagi Elena, kini dia masih duduk di dekat jendela, menatap rintik hujan yang menyentuh dedaunan hingga bergerak. Angin pun ikut menampilkan perannya, berhembus hingga udara malam semakin terasa dingin.

Lima hari sudah berlalu sejak kejadian itu, dimana semuanya kini tahu bahwa seorang pria yang sering dijuluki pria paling sempurna telah menjadi pria paling bermasalah. 'Eizer Sebastian' pria yang saat ini menjadi perbincangan hangat, mengundang kekecewaan bagi pengagumnya, namun menjadi berita paling menghangatkan hati bagi pesaing bisnisnya. Mereka terus berkoar-koar bahwa dia adalah pria memalukan, menjijikkan. Mereka memperpanas keadaan agar Eizer semakin dibenci dan tentu saja agar nama baik Eizer yang tercoreng itu berimbas kepada bisnisnya.

Lima hari pula sesuatu yang telah terjadi disembunyikan Eizer maupun para pelayan pada akhirnya diketahui oleh Elena. Walaupun para pelayan berjanji tidak akan membahas hal itu dan tetap tutup mulut di depan Elena, tetapi tidak ada ketidakmungkinan bahwa salah satu dari mereka terus berbicara tanpa melihat tempat, dan pada akhirnya terdengar oleh Moana dan Elena. Dan beberapa pelayan yang dulu senang akan kehadiran Elena kini secara perlahan mereka pun memandang Elena berbeda. Tatapan sinis dan jijik mereka layangkan secara terang-terangan, menganggap bahwa mereka selama ini telah salah menilai Elena. Wajah polos dan cantik ternyata tidak menjamin dalamnya elok. Elena, si gadis yang menyimpan kebusukan yang tak di sangka-sangka. Jiwa penggoda. Itulah yang mereka katakan.

Eizer tentu saja langsung mengetahui tentang beberapa pelayannya yang seperti itu. Dia inginnya langsung mengusir mereka dari rumahnya, tetapi Elena, dia memohon agar jangan pernah melakukan itu yang baginya hanya akan membuatnya semakin dibenci mereka. Hingga pada akhirnya Elena terkurung di kamar Eizer, dan Sally, dia ditugaskan Eizer untuk menjaga Moana.

"Saya ingin keluar," ucap Elena ketika dia mendengar pintu kamar terbuka dan suara langkah kaki menghampirinya.

"Saya ingin bersama ibu saya," sambungnya lagi. Suaranya serak, menahan segala sesuatu yang ingin dia lontarkan.

Eizer mengabaikan ucapan Elena yang sudah lima hari ini ucapannya terus seperti itu kepada dirinya. Dia berjalan ke arah lemari dan mengambil lipatan kain, lalu berjalan kembali ke arah Elena, membalutkan kain itu di bahu Elena.

"Dingin," ucapannya. Dia juga meraih tubuh Elena kedalam gendongannya, menggantikan posisi duduk Elena menjadi duduk di pangkuannya.

Elena tak sempat menolak, lagi pula, sekalipun dia menolak, itu tidak akan berhasil, karena Eizer akan terus memaksanya.

"Tuan, saya ingin bersama ibu saya. Beliau pasti mengkhawatirkan saya," ucap Elena lagi ketika Eizer tak menjawab apa yang dia katakan sedari tadi.

"Bukankah kau yang memilih, ini? Kau melarangku untuk mengusir para pelayan itu!" Eizer berkata dengan kesal. Dia juga memalingkan wajahnya ke arah luar, menghindari tatapan Elena.

"Aku tidak ingin kau terus mendengar ucapan mereka yang kurang ajar, Elena. Jadi, lebih baik kau tetap di sini! Karena di sini kau tidak akan mendengar apa pun yang mereka katakan," sambungnya.

Memang benar apa yang dikatakan Eizer. Namun, tentu saja dia mengkhawatirkan ibunya. Jika dirinya aman berada di kamar Eizer tanpa mendengar apa pun, tetapi tidak mungkin dengan ibunya. Dia semakin merasa bersalah, semakin berdosa kepada ibunya.

"Bagaimana dengan ibu saya, Tuan? Beliau akan terus mendengar perkataan mereka! Mendengar hinaan yang mereka lontarkan kepada anaknya karena ibunya tidak benar mendidiknya! Mendengar bahawa, bahwa dia melahirkan anak memalukan seperti saya. Bagaimana, Tuan, Bagaimana dengan itu!!" Napas Elena memburu. Membayangkan ucapan para pelayan yang pernah mereka ucapkan kepada ibunya.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang