Bab 24

2.1K 151 12
                                    

Di depan cermin yang berukuran besar, Elena saat ini memperhatikan dirinya sendiri. Penampilannya kali ini menurutnya jauh berbeda dari biasanya. Blus putih dipadukan dengan celana jeans hitam, dan rambutnya diikat kuda, sedangkan di pundaknya terdapat tas selempang.

"Pasti ini mahal," ucap Elena pelan. Dia tahu pasti harga baju dan tas yang dikenakannya tidak mungkin tidak mahal, karena itu Eizer yang membelinya. Selain itu merek yang tertera di sana juga sudah membuktikan. Bertambah sudah hutangnya, bukan?

Saat ini Elena berjalan keluar kamar, dia mendudukkan dirinya di sofa, menunggu Eizer yang pergi setelah mengatakan ada urusan sebentar di luar. Dan kini dia berharap Eizer segera datang menjemputnya. Entahlah, untuk kali ini dia merasa tak sabar. Kemungkinan itu karena Eizer sudah berjanji akan membawanya ke museum Kunsthalle Hamburg seperti janjinya kemarin. Namun, sudah cukup lama dia menunggu tetapi Eizer tak kunjung datang.

Tak berselang lama mobil Eizer terlihat berhenti di depan vila. Elena yang melihatnya berjalan menuruni tangga, karena yakin bahwa itu adalah Eizer, tetapi saat pintu Vila terbuka bukan Eizer yang masuk melainkan Bobby.

"Nona," panggil Bobby. Dia berjalan mendekati Elena.

"Iya, Tuan." Elena juga menghampiri Bobby.

"Saya akan membawa Nona pulang. Jadi, silahkan berkemas," ucap Bobby.

Elena terdiam sesaat, sebelum pada akhirnya dia menganggukan kepalanya. "Saya akan berisap," ucap Elena. Dia menundukan sedikit kepalanya dan segera berjalan menaiki tangga. Hal pertama yang Elena lakukan adalah mengganti baju yang dikenakannya dengan baju miliknya sendiri yang sudah bersih di cuci oleh istri pengurus vila. Dia juga mengambil tas jeraminya yang hanya berisi buku novel dan ikat rambut serta jepit. Setelahnya Elena melipat baju yang tadi di kenakannya dan menaruhnya di atas kasur.

"Ayo, Tuan," ucap Elena saat dia sudah turun dari lantai dua dan menghampiri Bobby yang berdiri di luar vila. Bobby terlihat menggenggam ponselnya, sepertinya dia tengah menerima telepon. Bahkan, Elena bisa melihat siapa nama peneleponnya.

"Sebentar, Nona," balas Bobby. Dia kembali berbicara bersama dengan orang yang menghubunginya.

Setelah beberapa detik barulah Bobby kembali melihat ke arah Elena dan mempersilahkan Elena untuk ikut bersamanya. Dia membuka pintu mobil untuk Elena dan menutupnya lagi setelah memastikan Elena duduk dengan benar.

Mobil yang di kemudian Bobby keluar dari area vila. Tidak ada pembicaraan di antara Bobby dan Elena. Bobby terlihat diam, dia fokus menyetir dan harap-harap cemas harus menjawab apa jika Elena menayangkan sesuatu. Namun, sejak dari tadi Elena hanya terlihat diam dan terlihat terus memandang ke arah luar.

Sedangkan Elena sibuk dengan pikirannya yang terus bertanya-tanya. Eizer membawanya ke sana lebih tepatnya memaksa, lalu berjanji membawanya ke museum kunsthalle Hamburg, dan sekarang kenapa dia memulangkannya? Tetapi berbicara tentang pulang, bukankah itu keinginannya, lalu kenapa hati Elena sekarang tak menentu, terasa ada yang mengganjal.

**

Tidak terasa musim panas telah berakhir sejak empat hari yang lalu, dan tergantikan oleh musim gugur. Baik Elena mau pun para pelayan yang lain, kini mereka sudah kembali bekerja seperti biasanya. Bahkan, kini mereka terlihat berkumpul di depan kamar mereka, saling membagikan barang- barang yang mereka bawa untuk dihadiahkan kepada teman sepekerjaan mereka.

"Lihat Elena, ini begitu cantik, bukan?" tanya salah satu pelayan yang lebih tua darinya tetapi lebih muda daripada yang lain. Dia menunjukkan ikat rambut pita simpul kepada Elena. "Ini sengaja aku beli untukmu, karena saat melihatnya aku teringat denganmu," ucapnya. Dia memberikan pita itu kepada Elena.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang