Bab 25

1.8K 154 7
                                    

Deborah masuk kedalam kamarnya dengan membanting pintu hingga pelayan pribadinya terperanjat kaget memundurkan tubuhnya.

"Jangan ikuti aku!" Deborah berkata dengan membentak pelayan pribadinya yang hendak mengikutinya.

Meja rias menjadi sasarannya. Segala yang tertaruh di sana berjatuhan dengan bunyi nyaring. Pecah, semuanya pecah berceceran di lantai.

"Sialan kau Eizer!" maki Deborah marah. Dia menatap dirinya melalui cermin lalu mendudukan dirinya di atas kasur dengan napas yang memburu. Pikirannya buntu ketika mengetahui Eizer berselingkuh. Dia mengetahuinya karena memperkerjakan mata-mata untuk mengikuti Eizer selama di kota Hamburg. Dia sudah curiga dengan gerak gerik Eizer, sehingga jika Eizer terbukti berselingkuh, itu bisa menjadi senjata yang akan melemahkan Eizer. Namun, dia lupa dengan dirinya sendiri.

"Nyonya, apa anda baik-baik saja?"

Deborah memejamkan matanya sesaat. Pelayan pribadinya membuatnya semakin kesal, bukankah dia sudah menyuruhnya untuk tidak mengikutinya tetapi kenapa dia masih berada di depan kamarnya. Makinya dalam hati.

"Pergilah Aku ingin sendiri!" teriaknya, sehingga tak lama suara pelayan pribadinya terdengar mengiyakan.

"Dad," ucapnya pelan. Tentu saja dia akan mati jika Eizer membeberkan perselingkuhanya kepada ayahnya yang memilki reputasi terhormat sebagai pejabat gubernur Berlin. Ayahnya sangat menjungjung tinggi kehormatan keluarganya hingga tak segan akan mendepak keluarganya sendiri jika ada yang mencoreng nama baiknya. Lalu, dirinya akan semakin diremehkan oleh ayahnya, bahkan ditendang tanpa diberikan apa pun. Dia sudah yakin itu akan terjadi jika ayahnya sampai mengetahui kesalahannya.

Deborah, dia adalah anak pertama ayahnya yang kelahirannya tidak diinginkan karena dirinya terlahir sebagai anak perempuan. Ayahnya juga menganggapnya hanya sebagai beban karena menyebabkan ibunya meninggal saat melahirkannya. Untuk itulah ayahnya tak pernah menyayanginya, sehingga semua itu semakin bertambah saat ayahnya kembali menikah dan memiliki seorang anak laki-laki. Dia selalu dibanding-bandingkan dengan adik tirinya. Bahkan, percintaannya pun ditentang ayahnya karena kekasihnya tak setara dengan keluarganya. Dan satu-satunya yang dibanggakan darinya oleh ayahnya adalah dia bisa menikah dengan Eizer, pria yang memiliki kesempurnaan dalam hal apa pun. Ayahnya yang haus akan kekuasaan tentu saja amat menyukai Eizer, karena dengan memiliki status sebagai ayah mertua salah satu pengusaha sukses membuatnya menjadi lebih merasa terhormat, dan orang terpandang. Terlebih, Eizer sangat berpengaruh untuk kejayaan ayahnya, sehingga ayahnya sangat mewanti-wanti agar dirinya tidak membuat kesalahan apa pun kepada Eizer.

"Jadi, aku hanya perlu diam seperti tidak mengetahui apa pun tentang perselingkuhan Eizer, bukan? Ya, aku hanya perlu melakukan itu," lirih Deborah. Bukankah itu akan lebih baik untuknya daripada mengacaukan segalanya yang berimbas kepada dirinya sendiri.

**

Kembalinya Eizer ke rumah sejak dua hari yang lalu tak membuat dirinya dan Elena bertemu atau bahkan berpapasan. Selain karena dirinya yang disibukkan dengan pekerjaannya, dia juga lebih menghabiskan waktunya untuk datang menjenguk ibunya. Eizer juga harus menyelidiki tentang kecelakaan ibunya yang disebabkan oleh kebocoran rem mobil. Sedangkan menurut keterangan ayahnya mobil itu baru saja keluar dari bengkel dan dipastikan semuanya aman. Tentu saja hal itu mencurigakan bagi Eizer.

Hari ini Eizer pulang lebih awal. Dia membersihkan dirinya dan makan malam bersama dengan Deborah yang terlihat diam saja, tidak seperti biasanya yang akan mengoceh jika dekat dengannya. Tetapi Eizer tidak perduli dan segera pergi ke lantai empat untuk kembali memeriksa email yang tadi masuk ke ponselnya.

Eizer menarik kursi kerjanya dan mendudukan dirinya. Laptop yang tadinya tertutup dia buka dan mulai menghidupkannya hingga aksara-aksara mulai memenuhi layarnya, terlihat berderet dan memusingkan kepala.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang