Bab 23: 🔞

4.8K 159 17
                                    

Eizer menggulingkan tubuhnya ke samping tubuh Elena. Dia raih pinggang Elena agar lebih mendekat ke arahnya. Sebelah kaki Elena dia angkat dan bergerak semakin terburu-buru. Menekan dalam dan menariknya beberapa kali secara pelan.

"Tu, an," lirih Elena tersenggal-senggal. Mulutnya terbuka dengan napas yang tak beraturan, mirip ikan terkapar di daratan. Tangannya mencengkram bahu Eizer dengan bibir yang tergigit kuat. Keringat membanjiri tubuhnya, begitupun dengan keringat Eizer yang dilihatnya menetes melalui keningnya.

Eizer menggeram. Dia meraih ceruk leher Elena dan menariknya sehingga dia bisa dengan leluasa mencium dan mengulum bibir Elena sesuka hatinya. Dia membiarkan tubuh Elena terguncang dengan dadanya yang menempel kuat di dadanya sendiri.

Erengan bahkan teriakan Elena memenuhi kamar vila itu, mengalahkan sura hewan malam yang berbunyi. Desisan jantan Eizer juga menyumbangi, mengiring dengan sangat seksi, perpadu dengan suara Elena.

Jarum jam sudah menunjukan angka tiga malam, tetapi di dalam kamar itu seperti tidak akan ada tanda-tanda ketenangan. Selain suara-suara mengerikan yang terus terdengar, semua barang juga hampir berserakan. Baik itu selimut, baju, bahkan vas bunga yang sebelumnya di atas meja kini sudah pecah berceceran di lantai, dengan bunganya ikut tergeletak mengenaskan. Yang lebih mengenaskan lagi adalah seprai, kain putih yang menjadi alas kasur empuk itu kini sudah tak beraturan, bernoda, basah, sisa-sisa cairan Elena.

Hasrat Eizer menggunung selama seminggu. Merindu kepada gadis yang membuatnya gila. Dan gadis itu, dia sekarang merintih di bawahnya, meminta lagi dan lagi. Tentu saja dia bangga. Elena telah bertekuk lutut kepadanya.

"Engh...."

"Jangan menahannya, Elena!" Eizer menekan bibir Elena dengan ibu jarinya. Memainkan bibir itu hingga basah dan kemudian dia memagutnya dengan lembut.

"Sakit," lirih Elena. Bagian bawahnya sudah terasa membengkak. Panas, perih, dan berdenyut . Sulit Elena jelaskan rasa yang sebenarnya.

"Aku belum keluar lagi, tunggulah sebentar," ucap Eizer. Napasnya memburu. Dia mulai menegakan punggungnya yang membungkuk, sedangkan tangannya meraih kaki Elena dan meletakkannya di pundaknya sehingga tak beberapa lama sofa itu berdecit.

Begitulah Eizer. Dia hampir sepanjang malam menggempur Elena hingga gadis itu memohon agar dirinya menyudahi. Gadis di bawahnya menangis tetapi juga merintih nikmat. Dia tidak mengerti mana yang sebenrnya Elena inginkan. Berhenti, atau tidak berhenti. Dia gila dan benar-benar akan gila dengan semua yang mereka berdua lakukan.

**

Usai menyiapkan sarapan pagi dan memastikan semuanya telah selesai, pengurus vila dan istrinya berpamitan pulang kepada Eizer. Mereka meninggalkan Eizer bersama dengan Elena. Saat ini mereka baru saja menjauh dari pekarangan vila, berjalan berdampingan dengan menikmati matahari pagi yang diiringi angin sepoi-sepoi.

"Kau melihat leher Tuan?" tiba-tiba istrinya yang bernama Milly itu bersuara.

"Ya, ganas sekali gadis itu." balas suaminya.

"Tetapi, Aber, bukankah gadis itu berbeda dengan istrinya yang pernah sekali di bawa ke sini," ucap Milly. Sebenarnya dia ingin bertanya kepada suaminya sedari kemarin.

"Benar, memang bukan dia," jawab Aber. "Sudahlah, itu bukan urusan kita," sambungnya. Membuat istrinya itu mengangguk mengerti. Apa pun yang terjadi dan siapa pun yang di bawa tuan mereka ke vilanya itu bukanlah urusan mereka.

Sedangkan di dalam vila, Eizer dan Elena saat ini baru saja menyelesaikan sarapan pagi mereka. Elena ingin mencuci piring kotor bekas makan mereka, tetapi Eizer melarangnya dan memintanya duduk saja di depannya. Sedangkan dia sendiri saat ini memainkan ponselnya, memeriksa email yang masuk.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang