Bab 10: 🔞🔞

8.5K 192 9
                                    

Kedua deru napas terdengar saling bersahutan, mengalahkan irama angin malam di luar sana yang saat ini asik menerpa dedaunan hingga bergoyang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua deru napas terdengar saling bersahutan, mengalahkan irama angin malam di luar sana yang saat ini asik menerpa dedaunan hingga bergoyang. Rintihan tertahan juga ikut menyumbangi, seumpama musik klasik di tengah malam.

"Nghhh...."

Erengan Elena terus terdengar walaupun dia berusaha menutup mulutnya dengan menggunakan tangannya. Sedangkan di bawah dirinya, Eizer menyusupkan kepalanya, menciptakan sensasi yang membuatnya ingin menangis. Perutnya Bergejolak dengan dada berdetak kencang.

"Tuan, tolong saya," lirih Elena. Dia berusaha mendorong kepala Eizer agar menjauh dari miliknya ketika sesuatu seperti akan meledak dalam dirinya. "To-tolong, menjauh, a-ahhh......"

Eizer mengangkat kepalanya. Dia menatap Elena yang saat ini tubuh bagian bawahnya gemetar dengan suara lolongan yang terlepas. Elena menjerit, dadanya terlihat naik-turun, dan putingnya mengeras dengan rona wajah yang memerah. Sedangkan tangannya berusaha mencengkram sofa, hingga urat tangannya terlihat samar. Dia telah membuat Elena mencapai klimaks pertamanya. Itu terbukti ketika milik Elena yang basah dan berkedut.

"Saya mohon," ucap Elena. Dia berusaha mengatur napasnya. "Ini tidak benar," ucapnya lagi.

"Lalu apa yang benar, Elena? Semuanya sudah terlambat. Operasi ibumu sudah berjalan dengan baik. Untuk itu kau hanya tinggal membayar hutangmu," balas Eizer. Dia membuka bajunya, lalu tak lama tangannya ter ulur ke arah Meja. Dia mengambil sebuah remot, sehingga semua lampu Paviliun mati. Gelap, hanya menyisakan pancaran cahaya remang, dari bulan yang menembus dinding kaca.

"Bagaimana jika Nyonya mengetahui ini semua?" tanya Elena. Dia selalu penasaran mengapa Eizer melakukan hal itu kepadanya jika dia saja mempunyai istri.

"Hanya kita yang tahu. Tidak akan ada yang tahu jika kita tutup mulut," balas Eizer tanpa Epreksi apapun. "Kau sudah tidak bisa menolak, Elena. Karena itu kesepakatan kita," sambungnya.

Elena hanya diam. Dia memalingkan wajahnya ketika matanya masih bisa melihat bagian tubuh atas Eizer yang telanjang. Dia juga bisa mendengar suara Eizer yang membuka celananya, hingga celana itu terjatuh di lantai.

"Elena," panggil Eizer. Dia merendahkan tubuhnya. Mengungkung tubuh Elena yang terbaring setengah meringkuk di sofa. "Kau tidak akan bisa menghindar dariku," bisiknya. Dia menarik tangan Elena ke atas kepalanya. Menekan kedua tangan itu. Sedangkan bibirnya kembali mencium dan melumat bibir Elena.

Elena tersadar, bahwa dirinya hanya bisa menyerahkan tubuhnya kepada Eizer atas kesepakatan yang dia setujui. Ya, dia hanya perlu melayani Eizer setelah itu mereka akan kembali seperti sebelumnya. "Saya akan membayarnya," ucapnya pada akhirnya. Dia memejamkan matanya, merasakan Eizer mulai membuka kancing bajunya dengan bibir yang terus menciumi bahkan mengigit lehernya.

Kelembutan tubuh Elena membuat bibir Eizer tak berheti untuk terus menyelusurinya. Mengigit dan bermain-main di area yang sensitif.

"Tolong lakukan dengan cepat!" pinta Elena. Dia ingin semuanya segera berakhir. Dia ingin segera pergi dari sana dan mengguyur tubuhnya dengan air.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang