Bab 33

1.9K 185 42
                                    

Tatapan penuh kesedihan dan penyesalan Belinda layangkan kepada menantunya. Mereka saat ini duduk saling berhadapan di sofa dengan tangan Belinda yang terus menggenggam kedua tangan Deborah.

Belinda baru saja bisa berkunjung ke rumah putranya bersama dengan suaminya yang saat ini tengah mengobrol di ruang keluarga. Suaminya sangat berbeda dengannya, dia lebih terkesan tenang tetapi sudah pasti menuntut penjelasan sejelas-jelasnya kepada Eizer, putra mereka. Sangatlah berbeda dengan dirinya yang baru masuk kerumah Eizer saja langsung meluapkan segala emosinya.

"Maafkan Mommy, Sayang." Belinda berkata dengan penuh penyesalan. Mata tuanya berair hingga mengenai pipinya.

"Tidak, Mommy, ini bukanlah salah Mommy. Aku tidak bisa menjadi istri yang baik sehingga suamiku memilih perempuan lain yang mungkin lebih baik dariku. Pernikahan kami juga sudah setahun lebih tetapi aku belum juga mengandung." Deborah berkata dengan menatap Belinda yang juga saat ini menatapnya.

"Tidak, apa yang kamu katakan, Sayang? Perempuan baik mana yang mau jadi selingkuhan. Dia hanya perempuan penggoda yang tidak tahu diri! Tentang anak, bukankah Mommy sudah pernah mengatakan bahwa cepat atau lambat kamu bisa mengandungnya."

"Tapi, Mommy...."

"Sudah kamu jangan terus membela Eizer! Mommy nanti akan kembali berbicara dengannya dan perempuan penggoda itu!" ucap Belinda dengan penuh kemarahan.

"Mommy tidak bisa berbicara dengannya. Eizer sekarang mengurungnya di dalam kamar lantai empat, kamar pribadinya. Aku juga merasa kasihan kepadanya."

"Apa, mengurungnya?!" tanya Belida tak percaya. Bagaimana bisa anaknya itu melakukan hal seperti itu.

Deborah hanya mengangguk dengan terus memperlihatkan raut sedihnya.

Napas Belinda begitu memburu, emosinya semakin menajdi ketika mendengar apa yang Deborah katakan. Apakah anaknya benar-benar sudah gila. Bagaimana bisa dia tetap ingin bersama perempuan itu ketika keadaannya saja sudah seperti saat ini. Bahkan, anaknya sampai rela mengurungnya di dalam kamarnya sendiri.

"Mommy, sepertinya Eizer benar-benar mencintai gadis itu. Jadi, akan lebih baik jika aku saja yang menyerah. Ini semua demi kebaikan kita." Deborah kembali berkata dengan pelan. Dia ingin terus melihat Belinda merasa bersalah.

"Apa yang sedang kamu katakan, Deborah! Mommy tidak akan pernah membiarkan Eizer berpisah denganmu hanya untuk bersama gadis itu! Mommy tidak akan pernah mau mengganti menantu kesayangan mommy!" tekan Belinda berapi-api. Dia tak menyukai apa yang Deborah katakan.

"Mommy," ucap Deborah. Dia langsung memeluk Belinda dan menangis dengan begitu pilu di sana. Berpura-pura menjadi orang yang paling tersakiti, tetapi Belinda tidak tahu bahwa dia adalah orang yang paling bahagia dengan semua keadaan itu.

Posisi Deborah sebagai istri Eizer akan tetap aman, dan perselingkuhannya tidak akan terbongkar karena jika semua itu terbongkar, orang yang akan segera mati adalah ibu Eizer. Lagi pula, dia juga tahu bahwa Eizer tidak akan membocorkan perselingkuhannya yang tentu saja akan semakin membuat namanya tercoreng. Istri pria sempurna berselingkuh dikarenakan dirinya tak pandai memuaskan istri. Itulah yang akan mereka julukan kepada Eizer. Terlebih, bukti yang menyebarkan tentang perselingkuhan Eizer dan Elena bukanlah dirinya. Jadi, dirinya sangatlah aman.

**

Tetap melayangkan tatapan tajam kepada putranya, ayah Eizer masih setia menunggu apa yang ingin dijelaskan oleh Eizer kepada dirinya. Dia terus menunggu hingga pada akhirnya dia menyerah dan kehabisan kesabaran ketika Eizer terus terdiam tidak sama sekali berinisiatif menjelaskan terlebih dahulu sebelum dirinya bertanya.

Troubled ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang