SELAMAT MEMBACA!
aku gak tau apakah kalian pernah baca, tapi ada salah satu kata-kata Mark lee yang kuingat sampai sekarang.
He said, "Menemukan waktu di tengah kesulitan bukan tidur atau istirahat, tapi ada kalanya kita harus melihat ke atas."
Jadi dunia belum berakhir hari ini, it's okay kalau harimu buruk, it's just bad day, not bad life.
playlist : my page–nct dream.
Enjoy!
..........
********
Arren mungkin sudah menghabiskan sekitar dua puluh menit berdiri ditengah ruangan redup nan sunyi itu. Ruangan yang dihiasi banyak kanvas di setiap sisi temboknya serta bau cat yang mendominasi aroma pengharum ruangan. Ditangannya, masih ada sisa satu kanvas yang belum dipajang berisi sapuan kuas dengan cat yang masih basah. Lukisan yang berisi padang bunga daffodil liar yang katanya melambangkan harapan serta kedamaian itu tampak sangat menyedihkan. Entah karena catnya yang dibuat redup atau lambang harapan itulah yang perlahan hilang dari hidupnya.
"Jadi begini ya akhirnya?"
Entah apa yang sebenarnya harus Arren salahkan, pada takdir yang Ia percaya, atau mungkin pada kenyataan yang memaksa untuk dihadapi. Kenyataan bahwa Ia harus melepaskan mimpinya, kenyataan bahwa Ia harus merelakan ruangan itu dan segala isi didalamnya. Kenyataan bahwa yang Ia genggam erat kini—mungkin adalah lukisan terakhirnya.
Langkahnya berjalan pada sudut terakhir yang masih kosong, seolah-olah tempat itu memang dikhususkan untuk menggantung lukisan lambang harapan namun dikalahkan oleh kenyataan tersebut. Sudut terakhir yang kosong itu, adalah tempat bagi lukisan terakhir yang juga tampak berisi harapan kosong baginya.
Dunia itu tidak adil, seperti defenisi pengecut yang tidak percaya mimpi dan takdir, kini Arren juga mulai mempercayainya, percaya mengenai sifat asli tempat dimana Ia hidup sendiri.
"Butuh bantuan?"
Suara bariton dari belakang yang akrab ditelinga itu kini membuat Arren menoleh dengan enggan. Dilihatnya Jendral yang berdiri dibelakangnya dengan tersenyum tipis namun matanya tetap saja menyipit.
"Butuh bantuan?" Lelaki itu mengulang kembali pertanyaannya, "Mungkin untuk berkemas? Atau untuk kasih solusi bertahan lebih lama?"
Bukannya menjawab, Arren kini menoleh pada Jendral disebelahnya seraya menggeleng-gelengkan kepala.
"Ckckck, dokter Jendral sekarang lo punya banyak waktu luang ya?" Arren terkekeh ringan, "Biasanya yang rencokin gue kalo gak Sean, Lian, atau Sangga, tumben banget sekarang lo."
"Gue lagi jam istirahat, lagian gue juga mungkin butuh profesi baru?" Jendral tersenyum dan mengangkat kedua bahunya acuh, namun kemudian menatap Arren dengan serius.
"Lo baik-baik aja?"
Arren mengangguk ringan, seolah-olah tidak ada beban berarti yang meronta di bahunya minta di tenangkan.
"Harganya bagus, gue bakalan kaya, kenapa gue harus sedih?"
"Lo bakal jual semuanya? Termasuk lukisannya?"
"Ya, gak ada tempat buat nyimpen semuanya kecuali disini, jadi gue juga biarin mereka ikut pergi."
"Kenapa lo gak izinin kita aja yang beli? Kalo galerinya atas nama kita, lo masih bisa–"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [✓]
FanfictionKatanya hidup adalah tentang bertahan. Bertahan untuk penyesalan, bertahan untuk ketertinggalan, bertahan untuk kesempatan, bertahan untuk kewarasan, bertahan untuk harapan, bertahan untuk melanjutkan perjalanan, dan juga bertahan untuk sebuah tujua...