—Awal musim panas kami, Juli 2013.
Tahun ajaran baru dimulai, setelah menghadapi masa orientasi siswa tiga hari sebelumnya, kini semua anak-anak sekolah menengah atas akan mulai melakukan pembelajaran seperti biasa, dan tentu saja untuk yang pertama bagi mereka yang baru saja masuk SMA.
Namun sepertinya, memang sudah hukum alam bahwa seringkali ada yang tidak berjalan mulus di hari pertama masuk sekolah. Seperti tiga lelaki urakan yang kalang kabut berlarian mengejar pintu gerbang yang sudah ditutup pada detik-detik terakhir mereka akan sampai.
"Ini gara-gara lo sih Yan, udah gue bilang masuk jam setengah delapan, lo malah baru mandi jam tujuh lewat lima belas."
Sudah kepalang terlambat untuk menyesal, tiga lelaki itu kini hanya bisa berdiri hormat di depan tiang bendera, matahari sudah mulai naik dan membuat mata mereka menyipit akibat cuaca terik.
Suara protes itu berasal dari salah satu mereka, lelaki tampan dengan senyum manis dan sedikit lesung pipi itu sedari tadi memang sibuk mendumel.
Lelaki disebelahnya tidak terima, sosok dengan kulit tan namun tetap saja tampan dengan rambut hitam legam yang dipanggil Yan aka Liandra itu mendengus.
"Lah? Lo gak bangunin gue Azka, kalau kakek gak ke kamar gue, pasti sekarang gue masih tidur."
Mendengar itu, lawan bicaranya memutar bola mata malas, "Mending lo tidur aja tadi biar gue tinggal."
"Diem." Dari dua orang itu, dari orang ketiga yang sedari tadi diam, kini bersuara, "Kalian gak liat udah ada api dan asap di kepala gue? Ini udah siap meledak."
Kedua orang disebelahnya kini langsung menutup mulut tanpa berdebat lagi, bukan perihal apa, nyatanya kalimat-kalimat pedas lelaki dengan name tag Haidan Azzarren itu ditambah cuaca panas nan terik ini adalah perpaduan yang sangat lengkap untuk membuat sakit kepala jika mereka tetap bising dan mengundang amarah lelaki tersebut.
"Ini beneran cuma kita yang telat?" Arren mendengus, menyesal sekali dengan kenyataan bahwa dia tadi menunggu Liandra dan Azka untuk naik bus bersama, akibatnya Ia jadi ikut-ikutan telat kan?
"Kayaknya sih iya, Liandra mengangguk, "Tapi kalo kayak gini, mending kita kabur aja, kan gak bakalan ada yang lapor kalo cuma kita yang dihukum."
"Gak cuma kita deh kayaknya." Azka menggeleng pelan setelah menoleh ke sudut lapangan, "Tuh."
Kedua orang disebelahnya ikut melepas pandang pada lokasi yang Azka tunjuk dengan dagunya. Disana ada sosok lelaki jangkung yang sepertinya juga anak baru seperti mereka bertiga.
"Lah? Rambutnya coklat terang cok, emang boleh diwarnai gitu?" Arren mengerutkan keningnya.
Azka menaikkan kedua bahunya, "Mungkin karena itu tuh anak dihukum juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [✓]
أدب الهواةKatanya hidup adalah tentang bertahan. Bertahan untuk penyesalan, bertahan untuk ketertinggalan, bertahan untuk kesempatan, bertahan untuk kewarasan, bertahan untuk harapan, bertahan untuk melanjutkan perjalanan, dan juga bertahan untuk sebuah tujua...