SELAMAT MEMBACA!
....
'The dreams you and i drew in the starlight back then
Beautiful memories of crying and laughing together
That enchanting time, we have been since that day
I won't forget the hot days, people
Remember our youth.'...........
Malven menghempaskan tubuhnya di sofa apartemen, suasana yang sepi dan senyap sepertinya sudah menjadi hal yang sangat biasa bagi lelaki yang masih mengenakan jas putih kedokteran tersebut.
Sebenarnya ya begitu malas, bahkan untuk sekedar mandi dan mengganti pakaiannya sendiri. Sedikit menyesali keadaan, kenapa dia tidak pulang ke apartemen Sean yang sudah dipastikan lebih ramai daripada di tempat mati ini.
Suara bunyi bel apartemen membuat lelaki dengan alis camar itu mengerutkan dahinya dan membuka mata. Ia melepaskan jas putihnya, terpaksa bangkit dari sana karena khawatir kita tamu di luar sekiranya adalah orang yang penting. Yah, meskipun bisa Ia duga itu hanyalah teman-temannya.
Malven sempat tertegun melihat siapa yang kini berdiri di depan pintu, raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut namun juga tidak begitu menyambut kedatangan tamu tersebut.
"Kak."
Seorang gadis dengan hoodie abu-abu kebesaran dan topi hitam serta tas ransel navi itu mendongak untuk menatap kedua mata lelaki yang terlihat sedikit mirip dengannya itu.
Malven menghela nafas, "Ngapain kesini?"
Bukannya menjawab, gadis yang sering dipanggil Manda itu menggeleng dan menyerobot masuk ke dalam apartemen tanpa permisi.
"Manda." Malven berbalik dan mengikuti langkah gadis remaja yang berjalan menuju sofa itu.
"Kakak udah makan?" Tanyanya seraya tersenyum lebar.
Malven tidak menjawab, ia masih menatap gadis yang merupakan adik kandungnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Ia bangkit berdiri, "Mau Manda masakin gak kak? Aku udah bisa masak loh sekarang."
"Gak perlu, udah makan tadi."
Mendengar itu, sang adik kembali duduk, Ia menatap sekeliling apartemen Malven yang nampak terasa sangat kosong. Tidak ada pajangan dan hiasan apapun di dinding maupun lemari, hanya ada beberapa buku yang bisa gadis itu tebak adalah jurnal-jurnal kedokteran.
"Ngapain kesini?"
"Cuma kangen kakak." Ujar gadis itu masih dengan senyum lebarnya.
Malven menghela nafas pelan, "Pulang sana, nanti diomelin."
"Gapapa, cuma sebentar." Ia menatap Malven meyakinkan, "Aku habis les."
"Pulang Amanda."
Gadis itu menghela nafas dan menunduk seraya memainkan jari-jarinya, "Kakak bisa gak ambil raport aku semester ini?"
Malven mengangkat sebelah alisnya, "Emang papa mana?"
"Papa gak bisa, dia sibuk, dia dinas."
"Kamu yang milih buat hidup sama orang sibuk itu."
"Kak." Manda meremas ujung bajunya, "Gak bisa ya? Masih tiga bulan lagi kok."
"Suruh bi Endah aja." Lelaki jangkung itu menatap tegas, "Bisa kan?"
Manda mengangguk pelan, Ia mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar seperti saat pertama kali datang. Lalu dengan menyampirkan ranselnya kembali, Ia berdiri dan berniat untuk pulang dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [✓]
Fanfic❝From home, our home.❞ Katanya hidup adalah tentang bertahan. Bertahan untuk penyesalan, bertahan untuk ketertinggalan, bertahan untuk kesempatan, bertahan untuk kewarasan, bertahan untuk harapan, bertahan untuk melanjutkan perjalanan, dan juga bert...