SELAMAT MEMBACA!
.
.
'And we’ll go back home where it’s warm'
.
.******
Liandra menatap ponselnya lamat-lamat tanpa berkedip di sofa ruang tamu di apartemen miliknya sendiri.
Lelaki itu sudah pulang dari rumah sakit, dia akan kembali besok pagi karena ada Malven beserta keluarga Sangga sendiri yang menemani si bungsu itu sekarang.
Terdengar helaan nafas berat diantara suasana hening beserta lampu remang-remang yang mendukung situasi yang mungkin akan segera memasuki jam-jam overthingking di pukul setengah sembilan malam.
Liandra mungkin terlalu egois, dan Azka juga sudah lelah untuk membujuk, lelaki itu dan kakeknya tidak lagi menghubunginya sejak dua puluh menit yang lalu setelah sebelumnya mendaftarkan beberapa panggilan tak terjawab di ponselnya.
Sesaat, sudut matanya melirik pada meja dapur, tempat biasa mamanya menaruh banyak makanan sebelum Ia pulang bekerja dan seringkali tanpa sepengetahuannya, karena seperti yang diketahui, bahwa hubungannya dengan sang mama memang kurang baik akhir-akhir ini.
Tidak ada makanan, tidak ada kotak bekal ataupun cemilan malam. Tidak ada satupun wadah yang tergeletak disana, menandakan jika memang mamanya tidak pernah masuk ke dalam apartemen hari ini.
Liandra terdiam, berpikir..
Apakah mamanya sudah bosan? Sudah lelah? Dan sudah mulai menyerah?
Karena sejujurnya saja, Liandra sempat berpikir akan mengajak sang mama bicara jika mereka berpapasan di apartemen kali ini. Adapun seseorang yang seringkali memantaunya dari lantai dasar, hari ini juga sepertinya tak tampak.
Suara bel apartemen dari luar pertanda datangnya seorang tamu membuat lelaki berkulit tan serta wajah maskulin itu menoleh, mengaburkan pikirannya dan menghampiri layar disebelah pintu untuk memastikan siapa yang bertamu pada jam seperti ini.
Dahinya mengerut saat mendapati jika hanya petugas keamanan yang berdiri di depan pintunya dengan wajah serius.
Karena itu, Liandra segera membuka pintu, Ia menatap bingung karena sepertinya orang didepannya juga baru bekerja, "Ada apa pak?"
"Maaf Pak Lian, saya petugas baru disini, ada tamu yang menunggu anda sejak pagi tadi dan enggan untuk pulang, jadi saya memberitahu kesini karena takut jika penghuni lain merasa terganggu dengan orang luar apartemen."
Lelaki itu kembali mengerutkan keningnya bingung, "Tamu? Apa seorang wanita paruh baya?"
"Bukan pak, seorang pria, dari wajahnya seperti bukan orang Indonesia."
Liandra perlahan menghilangkan kerutan di dahinya, "Dimana dia?"
"Tadi masih di pos Pak, tapi sudah saya ajak kesini karena kata Pak Randu, biasanya jam segini Pak Lian sudah pulang bekerja." Petugas keamanan itu menoleh ke arah kirinya saat seseorang keluar dari lift, "Itu pak orangnya, apa Pak Liandra kenal?"
Liandra tertegun, Seorang lelaki jangkung dengan wajah khas Australia-Amerika kini tampak gugup menghampiri mereka dan enggan menatap Liandra.
Liandra menghela nafas, Ia mengangguk pada pria berseragam berusia 40-an itu dan berterimakasih, "Saya kenal pak, biar saya urus. Terima kasih."
"Baik kalau begitu, saya pamit Pak." Pria itu tersenyum ramah, "Maklum saya tidak terlalu bisa bahasa Inggris jadi tidak nyaman buat diajak ngobrol."
Liandra terkekeh pelan dan mengangguk paham, Ia berterima kasih lagi sebelum pria itu benar-benar pergi meninggalkannya beserta sosok yang kini berdiri canggung di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [✓]
Fiksi PenggemarKatanya hidup adalah tentang bertahan. Bertahan untuk penyesalan, bertahan untuk ketertinggalan, bertahan untuk kesempatan, bertahan untuk kewarasan, bertahan untuk harapan, bertahan untuk melanjutkan perjalanan, dan juga bertahan untuk sebuah tujua...