SELAMAT MEMBACA!
*
*
*********"MALVERICK!!"
Seperti kawanan domba yang berbaris rapi, empat lelaki-minus Sangga dan Sean yang berdiri di parkiran rumah sakit itu melambaikan tangan ke arah Malven dengan penuh semangat.
Si pemilik nama, mengerenyit dan menghela nafas geli, rasanya Ia tiba-tiba ingin berganti nama saja karena saat ini semua mata orang-orang di sekitar tempat itu malah tertuju padanya.
Lelaki jangkung beralis camar itu segera mendekat ke arah teman-temannya, "Kalian ngapain udah balik lagi?"
"Ya nemenin lo jagain bokap lo lah." Jendral mendengus, "Kita juga bisa nginep karena ini weekend."
Arren mengangguk membenarkan, "Bener, kita juga bisa-"
"Gausah temen-temen, makasih." Malven tersenyum tipis, "Kalian udah kesini tadi malem, ada mama sama adik gue di rumah sakit sekarang, dan gue juga mau masuk kerja, jadi kalian mending ikut gue aja."
Liandra sontak menatap sang sahabat sekaligus rekan kerjanya itu, "Kemana? Gue libur hari ini, gue gak mau ke rumah sakit, gue alergi, bisa-bisa psikolog yang stress."
Mendengar itu, Malven memutar bola matanya jengah, "Sekarang lo juga lagi di rumah sakit bego."
"Oh iya, tapi maksudnya, gue gak mau dirumah sakit tempat kita kerja, kalo disini sih gapapa." Jelas Liandra yang tentu langsung diabaikan oleh teman-temannya.
Kenapa juga diladeni omongan tidak berbobot itu?
Jendral beralih menatap Malven, "Emang lo ada pasien hari ini Malv?"
Malven mengangguk, "Ada, gue juga ada janji sama Sean."
"Dimana? Kok Sean gak kasih tau kita." Tanya Azka penasaran.
Bukannya menjawab, lelaki dengan kemeja abu muda yang lengannya digulung hingga siku itu malah mengubah topik.
"Kalian semua bawa mobil?" Tanyanya.
"Nggak, kita semua nebeng sama mobilnya Azka." Jelas Jendral.
Malven mengangguk paham, "Yaudah gue nebeng sama lo juga Ka."
Azka memutar bola matanya jengah, "Kalian pikir gue ini grab? Kenapa selalu pakai mobil gue sih! Apa karena cuma gue yang selalu full bahan bakar?"
"Bukan begitu sih Ka, kita juga full bahan bakar kok." Liandra menepuk-nepuk bahu lelaki itu, "Tapi karena mobil lo yang paling keren."
"Nah betul, siapa tau nemu di jalan juga kan." Timpal Jendral.
Arren menaikkan alisnya, "Nemu cewek?"
"Nemu polisi tidur." Malven mendengus dan menepuk bahu Azka, "Ayo cepetan otw, gue mau kerja."
"Iya, tapi kemana?" Tanya Azka sekali lagi.
"Ikut aja elah, kalian pasti gak akan nolak."
"Kalo gitu lo aja yang nyetir."
"Yoi."
Sebenarnya tidak ada yang begitu peduli mengenai kemana Malven akan membawa mereka semua pergi. Paling-paling juga ke panti asuhan seperti yang mereka lakukan sebulan sekali, ataupun ke rumahnya? Meski agak sedikit mustahil.
Yang penting mereka tidak begitu khawatir karena ini ada Malverick, bukan Liandra. Kalau saja Liandra yang menyetir dan tidak memberitahu mereka akan kemana, maka sudah pasti tidak boleh dipercaya, itu namanya musyrik.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [✓]
Hayran KurguKatanya hidup adalah tentang bertahan. Bertahan untuk penyesalan, bertahan untuk ketertinggalan, bertahan untuk kesempatan, bertahan untuk kewarasan, bertahan untuk harapan, bertahan untuk melanjutkan perjalanan, dan juga bertahan untuk sebuah tujua...