SELAMAT MEMBACA!
It's like the sky and the ground turned upside down
When my heart was walking in the sky
I felt like I would fall somewhere
(3, 2, 1) Someone said to dream it
.
.********
—Maret, 21. dua minggu sebelumnya–
"Saya ingin anda menghapus riwayat konsultasi anak saya."
Liandra mengerutkan dahinya bingung, salah satu pengunjungnya hari ini bukan pasien, namun Liandra sangat bersyukur, karena Ia mungkin tidak akan mampu menghadapi sikap manipulatif serta obsesif jika saja orang didepannya ini menjadi pasiennya.
"Maaf sebelumnya, tapi untuk apa Bu?"
"Dia akan memimpin perusahaan, tidak boleh ada sesuatu yang bisa menjadi kelemahannya, lagipula apa saya bisa percaya kamu akan tutup mulut selamanya?"
Mendengar itu, Liandra menatap tanpa minat, Ia mulai muak, "Arren itu juga sahabat baik saya, saya tidak akan melakukan hal apapun yang merugikan dia, baik sekarang, maupun di masa depan."
"Namun data rumah sakit bisa saja bocor dan bermasalah nantinya, pada intinya saya hanya ingin kamu menghapus segala catatan mengenai penyakit anak saya." Wanita paruh baya itu bersikeras, "Terutama mengenai penyakit mental sialan yang harus disembuhkan dengan banyak terapi itu."
"Pada dasarnya, Arren sebenarnya tidak punya penyakit yang serius Bu, dia hanya sesekali kesini untuk bercerita. Seperti yang anda tau juga, keluarganya tidak mendukung satu-satunya impian Arren." Liandra menghela nafas dan mencoba menekankan kalimat terakhirnya.
"Menurutmu begitu? Bagaimana ya?" Wanita itu menyadari jika Liandra mencoba menyindirnya, "Sepertinya anak saya tidak terlahir untuk menjadi seniman dengan pekerjaan tak berguna yang bergaul dengan anak-anak kurang etika seperti kalian. Seharusnya dulu saya lebih bisa mengontrol lingkungan pertemanannya."
"Saya sebagai seorang psikolog juga punya sumpah untuk tidak melakukan hal seperti itu, bahkan sebenarnya saya tidak boleh menangani orang terdekat saya sendiri, tapi saya melanggarnya." Liandra menghela nafasnya untuk kesekian kali, "Melihat Arren membuat saya terluka hingga sangat ingin membantunya, melihat anda kini sebenarnya membuat saya sedikit prihatin, apakah anda sebagai seorang ibu tidak bisa merasakan keinginan serta mimpi anak anda sendiri?"
Wanita itu mengangkat kedua bahunya acuh dan tersenyum meremehkan, "Saya tidak peduli, yang ditadirkan tetap harus dijalankan. Saya melahirkan Arren untuk meneruskan perusahaan, nasibnya sudah ditentukan sejak awal. Dia bisa terus hidup dalam kemewahan jika mau, tidak perlu bersusah-susah payah seperti sekarang ini."
Liandra menatap tajam, sepertinya lelaki berkulit tan itu hampir kehilangan rasa hormatnya pada wanita yang notabenenya adalah orang tua dari sahabat dekatnya tersebut.
"Tapi Arren mungkin tidak akan bisa memberikan impact yang cukup baik untuk perusahaan dilihat dari keadaan serta hal yang memaksanya melakukan itu, dia tidak akan melakukannya sepenuh hati dan perusahaan anda bisa saja tidak terurus dengan baik." Liandra menghela nafas berat lalu tersenyum tipis, "Sebenarnya menurut saya lebih baik jika Arren diizinkan melakukan keduanya–"
Wanita itu mendengus dan memotong ucapan Liandra, Ia bangkit berdiri, "Apa saya kesini untuk meminta pendapat kamu? Saya sudah baik-baik loh, meminta kamu untuk melakukan hal yang saya mau dengan sopan, pokoknya saya tidak mau tau, data pasien milik Arren harus segera dihapuskan."
KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [✓]
FanficKatanya hidup adalah tentang bertahan. Bertahan untuk penyesalan, bertahan untuk ketertinggalan, bertahan untuk kesempatan, bertahan untuk kewarasan, bertahan untuk harapan, bertahan untuk melanjutkan perjalanan, dan juga bertahan untuk sebuah tujua...