SELAMAT MEMBACA!
.
.
.....I woke up from this reality-like dream
But got swallowed up by a nightmare-like day once again
But which is real?
In this world of mine that's without you
Alllhave are the dreams with you in them.
.......
.............Jendral berlari dengan tergesa-gesa menyelusuri koridor rumah sakit, dibelakangnya keenam sahabatnya ikut berlari pontang-panting dengan wajah pias dan khawatir.
Dari kejauhan, dilihatnya seorang gadis berusia 20-an berdiri khawatir menunggu Jendral dengan jas putih kedokteran.
"Jen!"
Jendral berhenti, Ia menatap gadis dengan name tag Raline Fairuzia Itu dengan tatapan menuntut penjelasan.
"Bunda gue kenapa Lin?!"
"Dokter Richard lagi ambil tindakan." Gadis itu menatap Jendral dengan mata berkaca-kaca, "Dia bakalan baik-baik aja."
"Baik gimana Lin? Gue mau masuk!"
Raline menggeleng pelan dan memegang kedua bahu lelaki itu, "Gabisa Jen, tolong tunggu."
Jendral menggeleng kuat, "Dokter Raline, tolong, saya mau masuk."
"Tidak bisa dokter Jendral, wali pasien diharap menunggu diluar." Ujarnya gigih.
Tidak mendengarkan perkataan dokter cantik tersebut, Jendral menerobos masuk dan mengetuk-ngetuk kasar pintu kaca ruangan ICU tempat bundanya dirawat.
Raline kalang kabut, "Jen, tolong Jen, tenang Jen, Jendral!" Ia berujang putus asa, menoleh ke arah para sahabat lelaki itu yang sedari tadi hanya diam mencoba mencerna situasi.
Melihat itu, Liandra dan Azka akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri Jendral, salah satunya memegang bahu lelaki itu dari belakang agar sang pemilik mundur, menjauh dari kaca.
"Jendral!"
"APAAN!?! GUE MAU LIAT BUNDA GUE ANJING!"
Liandra menghela nafasnya, "Iya nanti Jen, tunggu."
"PERSETAN! GUE YANG BAKALAN SELAMATIN BUNDA, GUE BAKAL DONORIN HATI GUE KE BUNDA! BIARIN GUE MASUK SEKARANG!!"
Lelaki itu menatap nyalang orang-orang di sekitarnya terutama Liandra dan Raline yang berusaha menghentikan tindakannya yang menerobos masuk. Para perawat yang berjaga disana juga hanya bisa menatap takut, karena ini pertama kalinya mereka melihat sosok lain dari dokter Jendral yang biasa gemar bercanda dengan mereka.
Tidak ada juga yang berani memanggil satpam, karena setidaknya semua yang berada disana paham sekali perasaan lelaki itu.
Azka menahan bahu lelaki itu yang segera ditepis, "Jendral tenang."
Malven menghela nafas dan ikut maju menghampiri lelaki itu, Ia melayangkan tangannya untuk memberikan satu bogeman di pipi sahabatnya tersebut.
"Malven!" Tegur Arren, Ia benar-benar terkejut seperti yang lainnya.
Jendral tentu saja menjadi yang paling terkejut, Ia terjatuh dan menubruk dinding disebelahnya.
"JEN LIAT GUE!" Malven menarik kerah baju lelaki itu dan berjongkok, "Tunggu disini sebentar, semua pasti bakalan baik-baik aja–tante Arum bakalan baik-baik aja."
Jendral menatap Malven dengan nafas yang tersengal-sengal karena emosi yang menguasai dirinya, kini bahkan berbagai kemungkinan hinggap dikepalanya.
Banyak sekali hal yang mendominasi, bahkan tentang kemungkinan-kemungkinan terburuk sekalipun.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Home [✓]
Fanfic❝From home, our home.❞ Katanya hidup adalah tentang bertahan. Bertahan untuk penyesalan, bertahan untuk ketertinggalan, bertahan untuk kesempatan, bertahan untuk kewarasan, bertahan untuk harapan, bertahan untuk melanjutkan perjalanan, dan juga bert...