12 : only human

758 66 2
                                    

SELAMAT MEMBACA!
.
.
......

'What I get bruised
Imight bleed when Il lose
What's the difference here between me and you
Don't you know I'm only human?"
.

This is Wayv song, and I recommend it!


.............

Liandra membuka pintu apartemen miliknya dengan tatapan putus asa. Ia baru saja pulang dari kediaman Arren untuk memastikan bahwa lelaki itu baik-baik saja, namun sahabatnya tersebut memintanya untuk tidak khawatir dan menginginkan waktu sendirian untuk saat ini.

"Apa gue telpon Malven ya?" Lelaki itu bermonolog di depan pintu apartemen miliknya, berpikir jika Malven mungkin bisa mengatasi masalah ini.

Sebelum berniat menelpon Malven, lelaki itu sudah lebih dulu mendapat panggilan dari sang sepupu yang terpaksa Ia angkat sambil mendengus, palingan juga si Azka menyuruh Ia menjemput lelaki itu di tempat kerjanya karena mobilnya memang rusak sejak kemarin dan sedang dalam perbaikan di rumah sakit khusus kendaraan, maksudnya bengkel.

Liandra menempelkan benda pipih itu di telinganya, "Kenapa puh! Sepupu, sapu-sapu."

"Yan, lo dimana?"

"Di apart, kenapa? Lo mau minta jemput?"

"Gak, gue udah pulang."

"Baguslah kalo gitu gak repot gue, terus ngapain lo nelponin gue?" Liandra mengerutkan keningnya, "Oh titipan dari Malven ya? Nanti gue bawain ke apart lo."

"Ya makasih, btw, Yan itu anu-"

"ANU APA BJIR?! GUE SIBUK!" Liandra mendengus dan tersenyum mengejek, "Oh, lo pasti mau minta nomor cewek yang kemarin ketemu kita di cafe itu kan? Gak dulu bro, itu inceran gue."

Terdengar si penelpon di seberang sana mendengus kesal, "Bukan anjing, yaudah nanti aja."

"Nah gitu dong, ganggu aja dari tadi orang lagi sibuk juga, kalo gitu gue tutup dulu sat."

Liandra menutup teleponnya tanpa menunggu persetujuan, Ia memutuskan untuk menghubungi Malven nanti saja, atau langsung ke apartemennya. Karena mungkin juga lelaki itu sedang sibuk sebab shift-nya sedang berjalan sekarang.

Liandra membuka pintu apartemennya dengan pikiran khawatir mengenai Arren yang terus saja menghantui lelaki itu. Ia bahkan masalah nafas berkali-kali dengan wajah murung.

"Loh, loh, kenapa muka anak ganteng mama ini dateng-dateng langsung kusut?"

Sesaat, Liandra yang sedang melepas sepatu kerjanya untuk menggantinya dengan sandal rumahan itu mendongak dengan cepat. Ia mendapati seorang wanita paruh baya yang cantik kini berdiri di dihadapannya dengan senyum lebar.

"Mama?!" Liandra sontak melebarkan senyumnya, "Beneran mama kan?!"

Wanita dengan dress hitam selutut itu terkekeh, Ia mengangguk dan menghampiri Liandra yang masih menggunakan jas putih kerjanya.

"Iya, siapa lagi?" Ia langsung memeluk sang anak dengan erat, "How are you boy?"

Liandra tersenyum hingga matanya yang menyipit, Ia membalas pelukan sang mama tak kalah erat, "Aku baik-baik aja, mama gimana?"

"Baik juga dong." Wanita paruh baya itu menghela nafasnya pelan, "Pekerjaan kamu gimana? Lancar?"

"Lancar luncur, seperti biasa ma." Liandra menepuk punggung mamanya lalu melepas pelukan, "Tur selo-nya gimana? Kalau aku libur kerja tahun depan mama harus kirimin tiket ya biar aku bisa nonton!"

From Home [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang