17 : yestoday

773 71 4
                                    

'I can tell there were many occasions that made me see my situation
I don't like being ignored but I act like I do
All of my problem, now that I've moved away from you.'

.........

SELAMAT MEMBACA!
.......

.

..........

"Sen, soal tawaran lo waktu itu–"

"Ya! Jadi gimana? Lo mau nggak?"

Sean menatap seniman yang merupakan sahabatnya itu dengan antusias, mereka kini sedang berada di apartemen miliknya karena memang sudah rahasia umum jika mereka terbiasa berkumpul disana.

Sangga juga menginap di apartemen cucu tunggal kaya raya itu, namun Ia masih pergi keluar bersama Jendral untuk membeli snack dan minuman dan belum kembali hingga kini.

Seperti biasa, kalau katanya Sangga, "bukan nongki namanya kalo nggak ada makanan."

Tapi benar juga sih. Iya kan?

Perihal Sangga yang menginap, tidak seperti sahabatnya yang lain yang mungkin hanya pergi main ke tempat Sean. Ya, itu karena orang tua Sangga sedang berada diluar kota dan Sean ditugaskan untuk menjaga anak kesayangan mereka.

Menjaga anak berusia 25 tahun? Yang benar saja. Tapi apa boleh buat? Bagi kedua orang tua lelaki itu, Sangga tetaplah bayi bagi mereka sehingga tidak boleh tinggal sendirian dirumah. Dan akhirnya terjadilah kegiatan titip menitip anak yang terpaksa Sean terima dengan seperempat hati.

Namun tentu saja jika urusan membantu mama angkat ketujuh lelaki itu, Sean sebenarnya tidak keberatan sama sekali. Baginya orang tua Sangga juga sudah seperti orang tuanya sendiri.

Karena secara tidak langsung, mama Sangga sudah mengisi peran seorang 'ibu' yang begitu mereka dambakan sedari dulu.

Arren menghela nafasnya sejenak sebelum menatap Sean, "Sebenernya gue tertarik."

"Jadi lo bakalan terima kan bang?!" Sean menoleh, "Gue beneran berharap banyak."

Arren menaikkan sebelah alisnya, "Emang lo mau bayar gue pastinya berapa?"

Mendengar itu, Sean kontan mendelik dengan muka julid-nya, "Harga temen ada nggak?"

Arren menggeleng tegas, "Gaada, kita profesional men."

"Yaelah." Lelaki keturunan china itu memasang wajah sedih, "Sedangkal ini persahabatan kita?"

Melihat itu Arren mendengus geli, "Kayak orang susah aja anjir, yaudah lo mau gue ngapain lagi sih? Ngelukis aja kan?"

Sean mengangguk semangat, "Proposal acaranya udah lo baca kan? Kalo beneran setuju gue bakalan atur meeting buat kita,  yah intinya gue cuma minta lo ngisi acara pembukaan itu aja sih bang."

"Oke, nanti gue pertimbangin dulu buat yang terakhir, gue bakalan hubungin lo paling lambat lusa." Aren menatap sahabatnya itu, "Karena masalahnya lo juga tau kan?"

"I know bro, makanya gue nanya langsung ke lo dulu sebelum ngasih proposal. Gue rasa juga lebih baik lo omongin dulu sama mama lo."

"Thanks." Arren tersenyum simpul, "Tapi gue udah hampir satu bulan gak ngomong sama mama gue."

Mendengar itu, Sean sontak menoleh khawatir. Ia tahu keadaan keluarga Arren yang menentang lelaki itu untuk menjadi seniman, namun tidak tau jika Arren bahkan hampir tidak lagi berkomunikasi dengan keluarganya sekarang.

From Home [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang