2. Pengawas Ujian Chunnin

191 24 1
                                    

TOK!

TOK!

TOK!

Suara ketukan dari pintu rumahnya terdengar. Mirei menatap jam dinding rumahnya lalu mengernyit. Namun tetap melangkahkan kakinya untuk membuka pintu "Iya, sia-- Shikamaru?"

Shikamaru menunduk menatap gadis dihadapannya. Rambut putih dan kebiruan apabila terkena sinar matahari yang terurai panjang dan terlihat sangat lembut berhembus pelan mengikuti angin, bulu mata lentik, netranya yang tidak biasa namun indah, hidung mancung juga bibir mungil yang merekah sempurna tanpa polesan apapun. Badan mungil namun berisi di bagian yang tepat dengan kulit putih bersih nya, juga suaranya yang lembut dan merdu.

Membuat setiap ia menginjakkan kaki, dunia akan terpusat padanya. Yah, jujur saja, Shikamaru sempat terpesona dengan Mirei. Namun pikiran itu sirna kala Shikamaru yang saat itu dalam perjalanan pulang dari misi tak sengaja melihat Mirei yang menjadi menyeramkan melebihi ibunya yang sedang marah kala Mirei berhadapan dengan musuhnya.

Hah~ Jika saja ia tidak melihat itu, sudah dapat dipastikan jika Mirei akan menduduki peringkat pertama gadis incaran nya.

"Shikamaru?" Tanya Mirei yang melihat Shikamaru terdiam menatapnya.

Shikamaru tersadar lalu menggaruk pipinya yang sedikit merona kala memikirkan hal tadi "Merepotkan. Hokage Kelima memanggil kita untuk membahas tentang ujian Chunnin."

Seketika Mirei memberengut, semalam Tsunade tiba-tiba memberikan nya misi mendadak dan sekarang, baru saja pukul tujuh pagi Tsunade kembali memanggil nya. Ia baru tidur beberapa jam dan kini ia juga ingin sarapan!

'Dasar Tsunade itu. Benar-benar tidak memberikan ku kelonggaran sama sekali.' batin Mirei misuh-misuh.

Shikamaru mendengus geli melihat ekspresi Mirei yang menurutnya lucu "Ada apa? Kau ingin menolak?"

Mirei menggeleng "Tidak. Bolehkah aku sarapan dulu? Aku sangat lapar." Ucapnya dengan wajah memelas.

Shikamaru mengalihkan pandangannya dengan wajah yang sedikit merona "Astaga. Apa-apaan itu." Gumamnya lalu menghela nafas "Baiklah. Tetapi jangan lama-lama."

Seketika mata Mirei berbinar lalu menarik pelan tangan Shikamaru "Masuklah Shikamaru! Apa kau sudah makan?"

Shikamaru terkejut dengan perlakuan Mirei yang tiba-tiba menariknya namun sesaat kemudian tersenyum menatap Mirei dari belakang lalu menjawab "Belum."

"Duduklah." Mirei mempersilahkan Shikamaru untuk duduk dan Shikamaru menurutinya.

Mirei mengambilkan minuman untuk Shikamaru "Tunggu sebentar." Ucapnya seraya berjalan ke arah dapur.

Meja makan dengan dapur menjadi satu ruangan, sehingga Shikamaru dapat melihat punggung mungil Mirei yang sedang berkutat dengan bahan-bahan masakan.

Shikamaru menopangkan dagunya. Netra nya tak lepas memperhatikan gerak-gerik Mirei. Shikamaru menghela nafas lalu tersenyum tipis. Pemandangan juga suasana hangat di rumah ini membuatnya merasa apa yang terkadang diimpikan nya menjadi terealisasikan.

Seperti kata-katanya saat itu, "Jika aku tua nanti, aku ingin memiliki seorang istri dengan 2 anak, satu laki-laki dan satu perempuan, dalam suasana rumah yang hangat, lalu aku meninggal duluan."

Shikamaru berdecih lalu menggumam "Sayangnya semua tidak semudah itu. Merepotkan." Kemudian kembali menatap punggung mungil Mirei "Lembut seperti badak, dia bahkan lebih menakutkan dari ibuku." Gumamnya lagi.

...

Sekitar 20 menit kemudian Mirei dan Shikamaru telah selesai dengan acara sarapan mereka dan kini tengah berjalanan beriringan. Dengan pandangan kagum serta bisik-bisik para warga desa kepada mereka berdua, lebih tepatnya kepada Mirei.

Naruto Shipudden: ReiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang