20. Kematian Jiraiya

82 14 3
                                    

Mirei mendongak menatap Jiraiya dengan wajah konyolnya, menaik turunkan alisnya "Hei, aku yakin kau sudah tau bukan~?"

Terlihat Jiraiya dengan pipinya yang sedikit memerah dan memalingkan wajahnya "Diam kau."

Mirei tertawa puas, balas dendam nya tadi karena Jiraiya menggoda nya saat di bar sake. Lalu Mirei tersenyum senang "Penantian panjang mu akhirnya akan berakhir~ Hah~ Jujur saja, aku iri."

Jiraiya melirik Mirei, kemudian tersenyum dan mengacak rambut Mirei "Suatu hari kau akan merasakan nya juga."

Mirei hanya cemberut dan merapihkan rambutnya.

Namun kemudian Jiraiya berkata dengan serius "Mirei. Jika aku gugur, kau pulang--"

"Tidak!" Potong Mirei dengan tegas "Aku tidak akan membiarkanmu mati! Tidak dihadapan ku!" Ucap Mirei dengan mengepalkan tangannya.

Membuat Jiraiya menghela nafas, jika sudah seperti ini, sangat susah untuk di ajak kerjasama. Namun melihat Mirei yang seperti ini membuat Jiraiya senang. Pasalnya, dulu saat pertama kali bertemu dengan Mirei di gunung Myoboku, Mirei sangat pendiam dan dingin.

Dan membuat nya bertanya-tanya mengapa tubuhnya tidak berubah sedikitpun setelah bertahun-tahun. Lalu Jiraiya ingat bagaimana dirinya heboh, dengan wajah konyol dan tidak percaya ketika mendengar kebenaran tentang Mirei.

Namun perlahan Jiraiya percaya, dan Jiraiya berinisiatif untuk mengambil langkah pertama. Hingga akhirnya Jiraiya berhasil dan perlahan membuka sisi hangat Mirei. Tetapi itu tidak berlangsung lama karena entah mengapa, Mirei tidak pernah lagi terlihat di gunung Myoboku.

Hingga akhirnya mereka kembali bertemu saat penyerangan Orochimaru dulu.

Jiraiya menatap Mirei sesaat sebelum kembali menatap jalanan "Kau harus kembali. Ingatlah pesan yang disampaikan nya pada mu. Hanya kau yang bisa melindungi Konoha, Mirei. Setidaknya, kau harus tetap hidup. Untuk menemani Tsunade dan menemukan alasan hidup mu itu."

Lalu Jiraiya tersenyum "Juga Naruto, sang anak dalam ramalan."

Mirei menundukan kepalanya dengan wajah yang menyendu, lalu mengepalkan tangannya.

"Bodoh.."

...

..

.

"Pergilah!"

"Tidak! Aku tidak mau!"

"Mirei! Ini bukan waktunya untuk keras kepala!"

"Diam! Aku tidak akan membiarkanmu mati! Tidak dihadapan ku sialan!"

"Fukasaku-sama!"

"Ya!"

Mirei menoleh dan membelalak melihat Fukasaku yang membuat segel tangan.

"Tidak!!

"JIRAIYA!!!"

...

"JIRAIYA!!!"

Mirei terbangun duduk, dengan peluh menetes dan nafas tersengal-sengal. Pandangan nya melihat ruangan yang tidak asing. Penciuman nya menghirup bau obat-obatan.

Kepalanya menunduk sedih, tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih "Sial! Sial! Sial!!" Geramnya seraya memukul-mukul kasur.

Namun setelah itu berhenti, menatap tangan nya yang di perban dengan sendu. Hening di ruangan itu. Cukup lama Mirei hanya terdiam dengan menundukkan kepalanya, hingga perlahan Mirei bangkit. Berjalan keluar dari kamar rawat itu menuju kantor Hokage.

Naruto Shipudden: ReiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang