Sudah enam hari Naruto berlatih di gunung Myoboku. Mirei pun masih berada di gunung Myoboku untuk membantu latihan Naruto dan juga mengasah kemampuan nya. Kini Naruto sudah bisa menguasai senjutsu. Namun masih ada satu tahapan akhir yang harus dilakukan.
Mirei sedang terbaring di tanah hijau bersama Gamakichi di sebelahnya, sementara Naruto berada di puncak batu runcing yang sangat tinggi. Terduduk hanya dengan menggunakan kayu kecil, dan sedang bermeditasi, menyatu dengan alam.
Disela-sela membantu latihan Naruto dan mengasah kemampuannya sendiri, Mirei memikirkan beberapa kemungkinan terkait Pain.
"Yang asli tidak ada diantara mereka.." Gumam Mirei mengingat pesan yang ditinggalkan Jiraiya. Lalu pikirannya mengingat perkataan Jiraiya "Dari mereka ber enam, tidak satupun yang mengingatkan ku pada Nagato. Wajah mereka berbeda, namun aku jelas merasakan Nagato dalam diri mereka."
Kemudian dalam pikirannya berganti dengan wajah salah satu Pain itu. Yang memiliki enam tindikan di hidung dan tujuh tindikan di telinga.
"Dia adalah anak itu.."
Kemudian berganti lagi dengan tujuannya untuk ikut ke Amegakure. Ternyata memang benar Hanzo sudah lama mati. Bahkan semua keluarga dan orang-orang yang memiliki hubungan dengan Hanzo dibunuh oleh pemimpin Akatsuki.
"Pemimpin Akatsuki... Hanzo... Amegakure..." Seketika matanya terbelalak.
"Tunggu.. Kalau itu benar..." Dan pikirannya kembali mengingat ucapan Jiraiya, mengenai saat perang dunia ninja ketiga, dirinya pernah mengajarkan tiga anak kecil jutsu-jutsu yang dapat digunakan untuk melawan dan melindungi diri mereka sendiri. Dan ketiga anak kecil itu berasal dari Amegakure.
Lalu Mirei teringat saat melakukan perjalanan nya, Mirei melihat satu wanita yang memeluk pria dengan surai oranye yang sudah tewas, dan satu pria lain yang sedang mengamuk, mengeluarkan patung yang berwujud seperti raksasa, makhluk yang berasal dari batu. Mengamuk dan menyerang membabi buta. Mirei juga melihat Hanzo kabur.
"Pria ini anggota klan Fuma yang pernah ku temui, tepat setelah memulai berkelana mengikuti ramalan Ojiji-sama. Aku memberinya bekas luka di dahinya itu."
Seketika Mirei tersentak, terbangun duduk "Semua pain itu! Ada dalam novel terbitan pertama Jiraiya! Jadi.. Maksud dari sandi kode itu!"
DEG!
Entah mengapa tiba-tiba perasaan Mirei tidak enak. Seperti sesuatu akan terjadi. Dan itu adalah pertanda buruk.
Dengan segera Mirei berdiri dan mendongak menatap Gamakichi "Gamakichi! Tolong sampaikan pada Fukasaku, aku harus segera kembali ke desa untuk melaporkan sesuatu yang sangat penting. Dan sampaikan permintaan maaf ku karena tidak berpamitan dengan nya."
Gamakichi terlihat bingung namun tetap mengangguk "Ya, baiklah. Akan ku sampaikan pada Fukasaku-sama."
"Terimakasih." Ucap Mirei seraya membuat segel tangan dan menghilang.
...
DUAR!
DUAR!
DUAR!
Serangan bertubi-tubi diluncurkan. Bangunan kokoh di desa itu kini banyak yang hancur, rata dengan tanah. Warga desa serta shinobi desa itu juga banyak yang terbaring tak berdaya.
Sementara yang masih bisa bergerak, sedang berlari menyelamatkan diri. Teriakan ketakutan, tangisan tak berdaya terdengar di seluruh jalanan desa.
Hewan-hewan kuchiyose merusak bangunan-bangunan yang masih berdiri. Asap hitam dan kebakaran juga dimana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto Shipudden: Reise
FantasiaInilah lanjutan kisah perjalanan hidupku. . . . SILAHKAN BACA SERIES REISE SEBELUMNYA JIKA TIDAK INGIN BINGUNG~