Kini Gawin mendudukan dirinya di lantai, bersandar pada ranjangnya — menunggu Joss yang sedang membasuh diri. Seperti anak muda lainnya, ia menunggu sambil membuka aplikasi x pada ponsel pintarnya. Fokus menggulir ke atas - ke bawah memantau timeline.
"Win", Gawin mendongak mendengar namanya dipanggil. Rupanya Joss di ambang pintu kamar mandi, namun hanya kepalanya yang timbul — rambutnya masih basah. Gawin mengangkat kedua alisnya bertanya tanpa kata-kata.
"Handuk", ucap Joss singkat yang pasti sudah dimengerti Gawin. Maka Gawin berdiri, mengambil handuk dan menghampiri Joss. Lagi, Gawin memberikan handuk pada Joss di ambang pintu tanpa sepatah katapun. Joss menatap handuk ditangan Gawin.
"JOSSSS!", Gawin kaget bukan main karena kini dirinya berada di dalam kamar mandi bersama Joss dengan posisi punggungnya menempel erat pada daun pintu. Jantungnya dibuat berpacu pasca Joss justru menarik lengannya hingga limbung. Joss menarik tubuh Gawin dan mengungkungnya di dalam. Sungguh Gawin tidak tahu harus melihat ke arah mana. Tidak mungkin menunduk dan tidak mau menatap mata cokelat milik Joss yang kini setajam mata pisau. Wajahnya sudah dipastikan sekali lagi semerah tomat. Paru-parunya bekerja dua kali lipat untuk memasok oksigen Gawin yang tercekat. Semerbak harum sabun dan shampoo segar menelisik penciuman Gawin. Kepulan uap hangat membuat kulit Gawin meremang. Ikut merasakan kelembapan.
Mau tidak mau Gawin menatap Joss dalam debaran. Namun yang ditatap memilih fokus lain, Joss lebih tergoda memandangi indahnya bibir Gawin yang semerah ceri. Membuat Joss menjilat bibirnya sendiri yang entah mengapa begitu kering. Kulit tubuh Joss masih bisa merasakan hangatnya air yang tadi membasuhnya, namun kedua telapak tangan Joss masih setia merasakan dinginnya keramik dinding. Entah apa yang merasukinya, sampai membuat Gawin dan dirinya di posisi ini. Joss dapat merasakan napas Gawin yang kian cepat seirama dengan debaran jantungnya. Ya, jantung Joss berdegup tak kalah cepat. Instingnya begitu kuat, ingin.
"Sorry", ucap Joss hampir berbisik, menjatuhkan kepalanya — bertumpu dibahu Gawin. Ia tidak mau Gawin sampai membencinya, karena melakukan hal di luar batas. Tempo napas Gawin masih cepat, tapi setidaknya kini ia bisa memandang langit-langit kamar mandi yang entah sejak kapan jadi lebih menarik. Gawin sedikit berjengit, merasakan sesuatu mengitarinya. Lengan Joss turun, kini mengalung erat pada pinggang ramping Gawin. Memeluk Gawin cukup erat, seakan Gawin akan hilang detik itu juga.
"Maafin aku", sekali lagi Joss memohon pengampunan. Gawin masih konsisten tak bersuara.
"Jangan marah"
"Bisa peluk kamu, aku udah bahagia", lanjut Joss entah pada siapa.
"Jo-Joss, gantian... aku mau mandi", akhirnya suara Gawin terdengar, walau ragu-ragu. Namun sedikit menyadarkan Joss untuk kembali ke realita.
✨kindly hit the vote✨
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You Mine
Fanficwhat if Gawin didn't end up with Podd but turns out to be soon Joss's fiancé from Lunch Box universe~