"Bjir ini si Joss kemana dah?", tanya Pluem pada diri nya sendiri yang sebenarnya juga tertuju pada kedua orang disampingnya. Ketiganya sedang ada kelas pagi di hari Senin. Seperti kutukan.
"Au dah"
"Gak tau Pem, dari kemarin juga gak nge chat gue sih", Gawin masih merespon benar, tidak seperti Gulf yang acuh.
"Chat gue dari kemaren gak dibales juga, terus kaya tumben aja kalo cabut kok gak ngomong"
"Yeee emang lu sape?", ejek Gulf menanggapi Pluem yang mulai khawatir. Pasalnya memang tidak mungkin Joss tidak ada kabar sama sekali. Kalau pun pergi pasti Joss akan mengabari salah satu atau memberi info di group chat.
Dalam diam Gawin jadi ikut kepikiran, karena terakhir kali ia bertemu dan berkomunikasi dengan Joss, di kediamannya, hari Sabtu — setelah kejadian di kamar mandi.
Di sinilah Gawin, berdiri menatap bangunan pencakar langit selepas kelasnya dengan rasa lapar. Gawin memutuskan untuk pergi mencari tahu keadaan Joss. Benar, Gawin berada di apart milik Joss — kini sudah berdiri tepat di depan pintu putih bernomor.
Gawin hendak mengetuk tapi urung karena ia terlalu yakin Joss tidak akan membukakan. "0808" mudah sekali kode angka untuk kamar milik Joss. Gawin memasukan pin digital tersebut dan membuka pintu perlahan. Jangan tanya kenapa Gawin bisa tahu.
"Joss", bisik Gawin memanggil siempunya tempat. Instingtif Gawin berjinjit menjelajah apartemen Joss yang tampak gelap. Lampu ruang tengah dan dapur mati seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Hanya terlihat beberapa bekas bungkus makanan di meja depan tv dan beberapa gelas serta piring tak tercuci. Satu-satunya petunjuk masih adanya tanda kehidupan adalah teko elektrik di pantry yang masih menyisahkan kepulan asap.
Gawin membuka tirai ruang tengah Joss, agar cahaya siang itu dapat masuk. Mentari yang tembus dari jendela apartemen Joss setidaknya membuat ruangan tampak lebih hangat. Tidak seperti sebelumnya yang kelewat dingin mencekam, tak berpenghuni. Sekejap Gawin mengitar pandangannya, memindai ke seluruh sudut ruangan. Kemudian melangkah menuju kamar Joss. Mengetuknya pelan dan membukanya.
"Joss", lagi dengan suara sangat pelan Gawin memanggil. Berharap setidaknya mendengar jawaban. Namun hal pertama yang tertangkap oleh netranya walau kondisi kamar temaram adalah gundukan besar di atas kasur. Gawin mendekat, berharap Joss baik-baik saja.
"Joss", panggil Gawin lagi berbisik menundukkan badannya. Kini dengan jelas Gawin bisa melihat Joss yang tertidur, namun tubuhnya seperti menggigil. Wajahnya pucat dan bibirnya begitu kering. Gawin mengulurkan punggung tangannya lembut. Merasakan suhu panas pada dahi Joss. Gawin tak tega membangunkan, tetapi ia harus tahu bagaimana kondisi Joss saat ini agar ia bisa membantu.
"Joss..."
"Jossieee...", panggil Gawin lagi sambil mengelus wajah Joss agar terbangun. Dengan perlahan Joss membuka kelopak matanya malas dan berat. Istirahatnya sedikit terganggu karena panggilan Gawin.
"Are you ok? Udah minum obat?", tanya Gawin lembut masih setia mengusap wajah Joss yang lelah. Joss tidak punya tenaga bahkan untuk berbicara. Ia hanya tersenyum menenangkan dengan bibirnya yang pecah. Kedua alis Gawin hampir menyatu, ia khawatir dengan kondisi Joss.
"Joss udah makan siang? aku buatin bubur ya sebentar", ucap Gawin lagi melepas kehangatan yang tertinggal di rahang tegas Joss. Namun pergerakan Gawin terhenti, Joss menahan lengannya tak mau ditinggal sendiri.
"Hm? Sebentar aja, aku cuma masak terus ke sini lagi. Promise", Gawin meyakinkan Joss yang masih tak mau kehilangan sumber kehangatannya. Ia tak rela dan berusaha bangkit. Namun ia tercekat, untuk duduk saja tak mampu. Kepalanya sakit, seperti dihantam batu. Gawin menangkap tubuh Joss yang nyaris tersungkur dan kembali membaringkannya. Sepertinya demam Joss sangat parah. Joss tak bergeming dan membiarkan Gawin pergi ke dapur.
Gawin memasak bubur seadanya dengan bahan-bahan yang bisa ia temukan di kulkas milik Joss. Tak lupa Gawin mencuri sebungkus mie instan untuk mengganjal perutnya yang juga belum diisi. Kemudian mencari obat yang mungkin bisa membuat Joss lebih baik.
Sembari menunggu matang, ia merapihkan ruang tengah apartemen Joss dan mencuci gelas serta piring bekas pakai. Orang yang sedang sakit tidak baik bila berada di lingkungan yang buruk. Setidaknya Gawin akan bantu bersihkan semampunya. Sedikit mengelap, menyapu dan mengepel beberapa sudut ruangan. Tiba-tiba Gawin jadi rajin, padahal membereskan kamarnya sendiri saja malasnya bukan main.
Gawin membawa nampan berisi bubur, segelas air dan obat ditangannya. Perlahan memasuki kamar Joss yang masih remang. Meletakan nampan di nakas dekat kasur dan mengusap lengan Joss perlahan.
"Joss, ayo makan", Joss yang menunggu Gawin dengan mata terpejam mencoba lagi mendudukan tubuhnya -- kali ini dibantu Gawin. Joss menyandarkan punggungnya pada headboard. Menghela napasnya panjang. Ia tidak suka dengan dirinya yang lemah tak berdaya.
"Aku suapin", tanpa diminta Gawin dengan suka rela mengambil mangkuk berisi bubur dan menyendokkan sedikit. Meniup nya pelan agar nanti tak melukai palet Joss. Joss menatap lekat setiap pergerakan Gawin yang mau membantunya. Senyum sedikit mengembang di sudut bibirnya yang kering.
Dengan telaten Gawin menyuapi sedikit demi sedikit bubur yang ia masak. Namun tak sampai setengah, Joss menggeleng tak mau lagi. Mulut Joss terasa pahit, tidak napsu makan. Ia hanya ingin tidur. Kepalanya sangat berat dan sakit. Gawin paham dan mau tak mau menyudahi. Kini memberikan Joss segelas air untuk menyegarkan diri. Tak lupa menyerahkan obat untuk Joss konsumsi. Gawin harap Joss membaik dan bisa segera pulih. Gawin tak tega melihat Joss yang tak bertenaga.
"Aku mau beresin ini dulu, kamu tidur aja lagi", Joss menggeleng tak setuju dengan ucapan Gawin. Ia mau Gawin menemaninya. Joss menahan lengan Gawin menolak melepaskan. Untuk ukuran orang yang sedang sakit, Joss mampu menarik tubuh Gawin dan membantingnya. Gawin terbaring di ranjang besar Joss. Menatap terkejut mata lelah Joss yang berada di atasnya. Tentu tak lama, tubuh besar Joss ambruk didekapan Gawin. Kepala Joss seperti berputar-putar — napasnya memburu dengan mata terpejam.
Tentu kini Gawin tak bisa kemana-mana. Bergerak saja sulit. Napas Joss mulai teratur dan sepertinya perlahan terlelap. Gawin hanya mampu bergerak sedikit-sedikit untuk menyamankan posisi agar tak membangunkan Joss. Makin lama Joss mulai merelungi alam mimpi. Memeluk tubuh Gawin erat, takut lenyap.
✨kindly hit the vote✨
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You Mine
Fanfictionwhat if Gawin didn't end up with Podd but turns out to be soon Joss's fiancé from Lunch Box universe~