Sudut bibir Gawin sedikit terangkat membaca pesan dari Joss. Gawin tahu pasti, Joss adalah tipe orang yang memiliki empati. Hingga Gawin ada kalanya merasa terlalu peduli, sampai Joss sendiri lupa untuk memberi dirinya sendiri perhatian lebih.
"Gawin"
Suara bariton itu membuat Gawin bergidik. Ia ragu, tidak mau melihat sosok yang memanggilnya. Layar telepon pintarnya jauh lebih menarik.
"Gawin, lo ada waktu sebentar?"
Gawin rasanya ingin menghilang saja, tidak mau mendengar lagi. Masih menolak menatap lawan bicaranya.
"Pluem bilang lo ada acara ga bisa ketemu gue"
Gawin menelan ludahnya kasar. Sungguh Gawin tidak mau melihat sosok manusia yang dari kemarin sangat ia hindari. Jari jemari Gawin bermain asal di layar telepon genggamnya, mulai merasa tidak nyaman.
"Win, gue cuma mau ngomong", Gawin tersentak mundur ketika Podd mengenggam lengannya. Napasnya mulai terasa sesak. Paru-parunya memompa udara lebih cepat. Gawin sungguh tidak mau berada di situasi ini. Ingin rasanya sekarang ia berlari sejauh mungkin. Tidak saat ini, Gawin mohon. Sekarang bukan saat yang tepat. Gawin tidak mau mendengar.
"Gawin tolong, gue cuma mau min..."
"Sorry bisa tolong lepas? Lo bisa liat Gawin gak nyaman", ucapan Podd terpotong dan ia bisa merasakan cengkraman cukup kuat di bahunya. Podd tahu jelas siapa. Ia hanya bisa menghembuskan napas kasar.
"Maaf", Gawin merasakan kebebasan lengannya, namun masih tidak berniat mengangkat kepalanya. Podd sadar ia terlalu memaksakan. Hanya kata maaf yang bisa ia ucapkan. Suasananya terlalu canggung, Podd agaknya urung karena kedatangan sosok Joss.
"Sorry kita buru-buru. Maybe next time", ucap Joss sambil menepuk bahu Podd dan pergi menarik lengan Gawin untuk segera masuk ke dalam mobil miliknya. Joss membukakan pintu penumpang untuk Gawin dan mempersilahkan masuk sambil meletakkan tangannya di kepala Gawin, melindungi agar tidak terantuk badan mobil. Gawin hanya menurut, duduk dan langsung mengenakan sabuk pengamannya. Menunggu hingga Joss sendiri duduk di kursi pengemudi dan melesat jauh meninggalkan Podd yang masih setia berdiri. Entah kapan lain kali yang dimaksud.
Tak jauh berbeda dari kondisi tadi pagi, keduanya masih saling bungkam disepanjang perjalanan. Joss masih pura-pura sibuk menatap jalanan beraspal, namun sambil mencuri pandang khawatir. Gawin memutuskan untuk menatap ke arah Joss.
"Joss", panggil Gawin pelan ingin sedikit perhatian. Joss berdeham rendah tanda ia mendengarkan, namun masih menatap ke jalan.
"Makasih", lanjut Gawin hampir berbisik, menundukan kepalanya, kembali bermain dengan ujung kemeja yang ia kenakan hari itu. Joss tersenyum lembut mendengar ucapan singkat Gawin. Tangan kirinya kini meraih tangan Gawin yang sibuk sendiri. Menggenggamnya lembut. Tidak ada kata yang keluar dari bibir Joss.
Gawin bisa merasakan ibu jari Joss yang mengusap tangan kanannya lembut. Fokusnya kini ikut menatap tangannya yang entah mengapa terlihat kecil di bandingkan dengan milik Joss. Jari-jemari Joss kian menguntai ingin berkait. Sama sekali tidak ada penolakan dari Gawin. Jari tangan kiri Gawin berkedut ketika tangan kanannya kini bertautan dengan Joss. Mendambakan hubungan yang lebih dalam. Joss menggengam erat seolah Gawin akan hilang. Ingin lebih dekat dan tidak bisa cukup dekat.
Genggaman Joss meyakinkan Gawin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Jemarinya kini ikut menggenggam erat tangan besar Joss, menyalurkan kenyamanan.
Gawin masih betah menatap tangan keduanya yang bertautan, mengukir senyuman tipis. Sampai tak sadar bahwa Joss sudah memarkirkan mobil miliknya di depan gerbang kediaman Gawin.
"Bunda yang ajak aku makan siang di rumah, tapi aku maunya makan masakan kamu. Boleh?", tanya Joss memecah fokus Gawin. Keduanya masih duduk di dalam mobil saling menatap. Agak lama Gawin menimbang sampai akhirnya dirinya mengangguk, menyetujui. Joss tersenyum lebar kelewat senang.
"Thanks", lagi, Gawin hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Joss perlahan melepas genggamannya tak sabar ingin mencicipi masakan bintang lima. Kembali Gawin menatap tangannya yang kini terasa hampa. Hatinya kian bimbang dengan perasaan baru ini. Gawin tidak mau kehilangan rasa nyamannya tadi. Tapi ayolah Gawin, sadar, kamu bukan siapa-siapa.
✨kindly hit the vote✨
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You Mine
Fiksi Penggemarwhat if Gawin didn't end up with Podd but turns out to be soon Joss's fiancé from Lunch Box universe~