✨21✨

946 44 0
                                        

Setelah selesai membeli cincin sesuai dengan keinginan Gawin, walaupun Gawin masih mengawang tak percaya. Dirinya masih mendapati sang bunda yang duduk di sofa asik menyaksikan sandiwara. Gawin terduduk di sebelah bundanya dengan kesal disusul Joss yang setia mengekor. Gawin ngambek dengan bundanya – dan Joss, sedikit.

"Bunda gak mau ngomong apa gitu sama adek?"

"Hm? Apaya?"

"Ish bundaaa!"

"Adek serius", kata Gawin lagi bersedekap – menatap bundanya kesal.

"Bunda kok gak bingung?"

"Ya ngapain? Bunda udah tahu kok"

"Lah?!", Gawin terkejut dengan jawaban bundanya. Apa maksudnya dengan sudah tahu? Kenapa Gawin merasa hanya dirinya yang tidak tahu apapun disini.

"Maksud bunda?"

"Hari Sabtu kemarin itu loh dek, Joss tuh kerumah minta izin sama bunda mau nikahin kamu"

"Tapi berhubung kalian masih kuliah, Joss bilang mau ajak kamu tunangan dulu. Bunda sih gak masalah, lagipula Joss juga udah siap", jelas bunda lagi panjang agar anak semata wayangnya itu tak lagi kesal.

"Hah? Sabtu? Kapan? Adek kan di rumah juga, kok gak tau?"

"Ya pas kamu ganti baju, Joss jelasin sebentar ke bunda tujuan dia", Joss mengangguk mengiyakan jawaban bunda Gawin. Niatan yang sangat impulsif karena terpicu oleh cuitan Gulf. Joss langsung memantapkan hati dan tak lagi mau mengalah. Gawin tertegun tak percaya. Ia rasa dirinya masih bermimpi.

"Adek pusing, mau ke kamar", Gawin beranjak dari duduk nyamannya, tak mau tahu lagi dengan informasi serba mendadak ini. Rasanya lelah.

Joss dan bunda Gawin hanya menatap kepergian Gawin tanpa komentar. Mungkin Gawin butuh waktu sebentar. Namun rasanya Joss tak mau membiarkan kekasihnya itu sendiri.

"Joss", panggil bunda singkat, menatap Joss yang duduk dengan wajah risau.

"Tolong jagain Gawin ya", kata bunda lagi dengan senyum hangat. Joss menatap bunda Gawin penuh keyakinan. Ia tak akan mengecewakan bunda. Joss akan berusaha.

"Win", panggil Joss pelan dari daun pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Win", panggil Joss pelan dari daun pintu. Kamar Gawin temaram. Rupanya sang empunya tidak ada niatan menyalakan lampu. Joss memutuskan untuk menyusul Gawin, melihat keadaan sang kekasih yang nampaknya tertekan.

Ketika membuka pintu kamar Gawin, Joss hanya menemukan gundukan besar berbalut selimut di ranjang kecil itu. Tak ada suara.

"Gawin", lagi Joss memanggil kekasihnya, mendekat perlahan – memeriksa gundukan itu. Joss perlahan menyingkap selimut yang Gawin kenakan untuk menyembunyikan dirinya. Namun sayangnya tertahan. Gawin tak membiarkan Joss membuka selimut yang menjadi pelindungnya.

"Sayang, please~", pinta Joss lembut mendudukan dirinya di pinggir ranjang, memaksa Gawin yang terbungkus selimut sedikit beringsut. Joss menepuk-nepuk lembut tubuh Gawin dari balik selimut, dengan harapan Gawin mau membukanya. Memperlihatkan keadaannya, karena demi apapun Joss sangat khawatir.

"Gawin... aku mau peluk, ya?", rayu Joss sembari membaringkan tubuh besarnya di ranjang mungil Gawin. Mau tak mau, lagi, Gawin harus bergeser hingga ke pojok tembok yang menempel pada kasurnya – masih terbungkus selimut, diam.

Tidak adanya jawaban, Joss anggap sebagai persetujuan. Memang adakalanya Joss ini sesuka hati, untung Gawin sayang. Joss merengkuh tubuh Gawin yang terbalut selimut tebal, lucu seperti kepompong. Namun tak lama, Joss dapat merasakan pukulan-pukulan kecil di dada bidangnya. Joss tak peduli, masih nyaman memeluk sang kekasih.

"J-Joss ih! Aku gak bisa napas!", Gawin menyembulkan kepalanya dari balik selimut yang terikat kuat oleh pelukan Joss. Tangannya meraih ujung selimut untuk ia singkap, karena jujur saja ia kehabisan napas.

"Lagian kamu ngapain sih, udah sini", dengan penuh pemaksaan Joss menarik selimut yang Gawin genggam erat agar terlepas dari tubuh sang kekasih. Beringsut mendekap langsung tubuh mungil Gawin, tak lagi terhalang kain tebal. Gawin sempat meronta tak mau. Ia sedang kesal dengan Joss – sedikit.

Joss memeluk hangat tubuh sang kekasih, merengkuh erat. Menciumi surai hitam legam Gawin yang memiliki aroma segar bak buah manis. Gawin menyerah, menerima kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Menghirup aroma maskulin dari tubuh sang kekasih. Menggenggam erat kemeja yang Joss kenakan penuh afeksi.

"Gawin maaf", bisik Joss lembut menenangkan.

"Kalau kamu gak suka, aku rela", bukan balasan kata-kata melainkan pukulan telak yang Joss rasakan di dadanya. Tinju Gawin keras, tidak main-main.

"Maksud kamu apa?!?"

"Kamu bohong sama aku!"

"Kamu bilang gak bakal ninggalin aku!"

"Kamu..", amarah Gawin yang bertubi-tubi terhenti akibat cengkraman kuat kedua tangan Joss pada wajah tembam kekasihnya. Gawin dipaksa menatap mata coklat gelisah Joss. Tak mampu lagi membendung pergumulannya sendiri, netra Gawin mulai kabur bergelinang. Dirinya yakin, wajahnya sangat buruk rupa dengan air mata yang membanjiri pipinya. Gawin bukan lagi terisak, dirinya terlampau remuk hati. Ia berusaha menggigit bibirnya, membungkam tangis. Hatinya tak siap dengan ucapan Joss.

"Gawin maaf, aku gak bermaksud bilang itu"

"Please Gawin jangan nangis. Hati aku sakit liat kamu kaya gini"

"Aku yang salah. Aku tahu harusnya aku persiapkan semuanya dulu pelan-pelan. Tapi di satu sisi aku juga gak bisa lagi dan gak mau ngelepas kamu"

"Maaf"

"Maaf"

"Maaf", hanya maaf yang bisa Joss lontarkan. Niatnya membuat Gawin merasa lebih baik, justru berbalik membuatnya semakin parah. Joss bodoh. Hanya kata maaf yang bisa Joss bisikin pada kekasihnya. Joss harap Gawin mau memaafkan kebodohannya. Lagi.

Gawin masih terisak menatap kejujuran Joss. Tiap kata maaf yang terlontar membuat hatinya kian sedih. Gawin sendiri bingung kenapa ia sangat sensitif dan berakibat hanya semakin menyakiti diri. Kenapa ia meragukan Joss. Kenapa tiba-tiba.

✨kindly hit the vote✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨kindly hit the vote✨

👇

Make You MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang