✨3✨

650 33 0
                                    

"Mau aku pasangin atau pasang sendiri?"

"Hah? Apanya?", Gawin menatap Joss kebingunan. Pasalnya pandangan Gawin kosong seketika memasuki mobil milik Joss yang menginap di garasi rumah Gawin. Joss sendiri heran ketika Gawin tidak memasang sabuk pengamannya dan justru hanya diam termenung. Nampaknya Gawin masih tenggelam dalam benaknya.

Joss mendekatkan tubuhnya ke arah Gawin hendak meraih seat belt milik kursi penumpang. Indra penciuman Gawin seketika dapat menangkap aroma maskulin Joss yang khas. Hampir seperti hutan rindang sehabis hujan. Jantung Gawin seperti berhenti berdetak ketika netranya menangkap retina cokelat hangat milik Joss. Cantik.

Joss mengencangkan sabuk pengaman milik Gawin tidak mau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan dan lanjut beralih dengan miliknya. Gawin masih terpaku dengan momennya. Benaknya dipenuhi dengan berbagai pergumulan. Rasanya ingin meledak.

Sepanjang perjalanan menuju kampus, keduanya masih terdiam. Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan. Gawin sibuk bermain dengan ujung kemejanya. Tentu saja Joss pura-pura fokus menatap jalanan. Joss sedikit khawatir dengan apa yang ia katakan tadi pagi. Pasti dialah penyebab Gawin sibuk dengan kepalanya.

Keduanya sampai di kampus 15 menit lebih cepat dari jam kelas masing-masing dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keduanya sampai di kampus 15 menit lebih cepat dari jam kelas masing-masing dimulai. Beruntung parkiran kampus masih cukup lowong, membuat keduanya tidak perlu terlalu jauh berjalan untuk mencapai gedung utama.

"Gawin, kalau aku belum ada di mobil, kamu telepon aku aja ya nanti", ucap Joss menahan lengan Gawin yang hendak membuka pintu mobil. Gawin hanya mengangguk sebagai jawaban. Bukan tidak mau menjawab, hanya saja otaknya entah kenapa tidak bisa diajak bekerja sama. Gawin ingin mengatakan sesuatu namun berat rasanya berucap.

"See you", ucap Joss lagi sambil tersenyum simpul. Joss harap Gawin baik-baik saja. Ia tahu Gawin pasti masih memikirkan kejadian hari itu ditambah dengan perkataan dirinya tadi pagi. Bahkan Joss pun tidak mau mengingatnya, hati nya ikut hancur melihat Gawin yang bersimbah air mata. Joss menyesal pula karena tidak bisa menahan pergulatan hatinya.

 Joss menyesal pula karena tidak bisa menahan pergulatan hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Earth to Gawin... earth to Gawin... hellooo???", Gulf melambaikan tangannya heboh di depan wajah datar Gawin. Ia rasa sahabatnya itu sedang kemasukan. Sedari tadi Gawin terlihat sama sekali tidak memerhatikan dosen di kelas. Tatapannya nanar lurus ke depan. Hampa menusuk.

"Pem, ini orang kayanya harus diruqyah"

"Heem! Setuju!"

"Servernya pasti udah kena ini", imbuh Gulf lagi tak bosan menatap heran sahabatnya itu. Pluem hanya bisa mengangguk-angguk setuju. Memang sejak Gawin sampai kelas dan duduk di antara sahabatnya, tak sepatah kata pun keluar. Gawin langsung duduk dan kembali menatap kosong, tak ada niatan menyapa kedua sahabat nya.

"Ohiya gue lupa! Win, kakak gue katanya mau ketemu"

"Idih! Ya kalo mau ketemu, dia yang samperin lah! Pha mksd?", sinis Gulf menimpali Pluem. Pluem yang hendak menjawab sedikit bergidik karena Gawin yang menatapnya horor. Sepertinya tidak seharusnya Pluem mengizinkan kakak brengseknya itu bertemu dengan Gawin. Mungkin tidak sekarang.

"Bi-bisa gak kalo gak..gak ketemu?", Gawin berucap hampir berbisik sedikit takut dengan jawaban Pluem. Sahabatnya itu mengelus bahu Gawin lembut, meyakinkan Gawin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Atau itu hanya apa yang Pluem harapkan.

"Iya..gpp kok Win, tenang aja. Nanti gue yang bilang"

"Hooh jangan mau lah Win! Ngapain juga lo ketemu sama si bangsat itu! Liat muka nya aja auto gatel tangan gue, pengen nonjok", kata Gulf memanas-manasi. Gawin kembali terdiam, kembali tenggelam dengan pikirannya sendiri. Hati nya bingung dan takut. Terlalu banyak skenario di otaknya. Begitu banyak pertimbangan. Ia pikir dirinya salah memilih, tetapi masih ada rasa yakin dalam hati kecilnya.

 Ia pikir dirinya salah memilih, tetapi masih ada rasa yakin dalam hati kecilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨kindly hit the vote✨
👇

Make You MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang