Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah pasti tertebak, pada akhirnya hanya Joss yang berolahraga. Ia sibuk kesana-kemari menggiring bola basket ditangannya. Melakukan tembakan-tembakan jitu masuk ke dalam ring. Peluh sudah membasahi kaos milik Gawin yang Joss pinjam juga. Sementara Gawin menjadi pemain cadangan yang tidak akan pernah bermain selagi semua pemain inti tidak cedera. Sabtu ini, lapangan kosong. Hanya ada mereka berdua. Biasanya lapangan dekat rumah Gawin cukup ramai yang menggunakan. Ada kalanya banyak yang bermain basket di sebelah lapangan dan di sisi lain sekaligus digunakan untuk bermain futsal. Atau mungkin ini sudah terlalu siang untuk orang lain berolahraga?
"Win ayo, kamu mau duduk terus aja disitu? Temenin aku main"
"Gak mau", jawab Gawin singkat sibuk bermain tanah. Selain memerhatikan Joss yang sangat aktif, Gawin menyibukkan dirinya dengan memegang ranting kayu yang ia temukan di tanah dan mengusak-usakannya ke tanah — entah membuat apa.
"Sini sebentar aja"
"Hngggg!"
"Kamu gak perlu lari-lari, aku cuma minta kamu ke sini sebentar"
"Bohong!"
"Hahaha... serius, aku janji", Gawin ragu-ragu. Namun dengan sangat berat hati, ia beranjak menuju Joss berada. Langkahnya gontai, tidak bersemangat dengan wajah ditekuk. Joss yang melihat Gawin semakin mendekatinya ke tengah lapangan, menampikkan senyum secerah mentari.
"Nih shoot", ucap Joss sambil memberikan bola ke hadapan Gawin yang sudah berdiri di depannya. Gawin bingung, namun menuruti. Tanpa banyak protes lagi, Gawin memposisikan tubuhnya di hadapan ring dan menembakkan bola ditangannya. Melambung dan masuk. Dua point untuk tembakan akurat Gawin.
"Nice!", seru Joss sambil bertepuk tangan menyemangati Gawin. Gawin sendiri menatap heran Joss disampingnya. Joss berlari mengejar bola yang tadi Gawin lempar dan kembali ke hadapan Gawin. Memberikan lagi bola tersebut untuk Gawin lempar. Mengangguk mengisyaratkan Gawin untuk melakukan lemparan lagi.
"Ok Good!", lagi Joss berseru ketika Gawin mencetak angka dua untuk tembakkannya dan mengejar bola ke pinggir lapangan. Joss berlari kembali ke hadapan Gawin dan mengoper bola untuk sekali lagi Gawin lempar. Gawin tetap menurut mengikuti alur permainan Joss. Berulang sampai entah berapa kali Joss mondar-mandir mengambilkan bola yang Gawin lemparkan ke ring. Gawin mulai menikmati ketika ada kalanya bola yang ia tembakan tidak masuk atau melenceng dari ring. Ada rasa ingin terus mencoba sampai berhasil lagi. Beberapa kali kemenangan tidak membuatnya puas. Gawin ingin selalu menang, maka ia terus mencoba. Sampai ia sendiri tak sadar rambutnya mulai sedikit basah karena keringat.
"Udah yuk win. Udah lengket banget nih aku, pengen mandi", ajak Joss menyudahi permainan. Gawin sedikit terlena, sebenarnya masih ingin bermain. Tetapi ia juga sadar, kasihan Joss bersimbah keringat, sedari tadi sibuk berlarian kesana-kemari sementara Gawin tinggal enaknya saja. Dengan sedikit berat hati, Gawin mengangguk menyetujui. Keduanya berjalan berdampingan kembali ke kediaman Gawin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gawin kamu mau mandi duluan, atau kita mandi bareng aja?", tanya Joss enteng ketika keduanya sudah berada di kamar Gawin. Joss bertanya sambil melepaskan kaosnya yang sudah benar-benar basah, menampilkan otot perutnya yang tentu saja dapat dilihat Gawin dengan jelas.
"A-Apaan sih, udah sana kamu duluan aja", jawab Gawin tergagap, beralih menyibukan diri dengan mencari handuk bersih di lemari untuk Joss. Telinga Gawin memerah dengan pemandangan tadi, kenapa juga jantungnya berdebar. Sebisa mungkin Gawin menghalau pikiran-pikiran aneh di otaknya.
"Beneran gak mau bareng?", tanya Joss sekali lagi, namun entah sejak kapan sudah berdiri begitu dekat dengan Gawin. Gawin dapat merasakan hembusan di telinganya yang memerah. Ia dapat merasakan hawa panas di punggungnya, karena dada Joss benar-benar hampir menempel. Tolong ingatkan Gawin untuk bernapas. Jantungnya kian berdegup kencang, sampai ia pikir Joss bisa saja mendengarnya.
"Win, aku pengen peluk tapi kamu pasti marah soalnya keringetan", lagi Joss berucap tak tertebak. Tiba-tiba mengajak mandi bersama dengan nada sensual, tiba-tiba lagi minta peluk. Gawin semakin pusing tidak karuan dengan semua perkataan Joss. Hati dan jantung Gawin belum siap rasanya untuk ini. Gawin sendiri masih betah menatap pakaian-pakaian di lemari, menolak berbalik untuk melihat Joss. Tolong jangan, Gawin tidak bisa menatap Joss. Ia malu.
"Kalo aku minta peluknya habis mandi boleh?", tanya Joss lagi melanjutkan karena Gawin setia terdiam. Kini Joss pun setuju karena ia sendiri bisa melihat wajah Gawin semerah tomat. Walau tidak melihat berhadapan, seratus persen Joss yakin dan semakin ingin menggoda Gawin yang merona merah.
"Jangan kabur, aku mandi dulu", ucap Joss mengakhiri dengan senyuman nakal. Beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang kepalang lengket. Gawin masih betah berdiri menjaga keseimbangannya, mengatur napas. Takut jantungnya lompat dari tubuhnya. Ingatkan Gawin untuk segera kabur bila Joss sudah mulai kumat menggodanya lagi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.