Yamanaka Ino masih terjebak dengan perasaan masa kecilnya. Ternyata bertambahnya umur tidak meluputkan perasaannya terhadap cinta pertamanya itu.
Ditambah kepulangan sang tunggal Uchiha yang membuatnya semakin sulit menahan diri. Di satu sisi dia sangat merindukan pemuda itu, disisi lain dia tau sahabatnya Sakura sama halnya dengannya, masih mendambakan sang Uchiha.
Warning: typo, ooc, alur berantakanIno menatap gerbang desa pasir itu, entah mengapa dia kini merasa lebih terbiasa dengan suasana desa yang layaknya gurun ini. Ya, entah sejak kapan juga dia memang jadi lebih sering berkunjung kemari. Menemani Shikamaru, membantu mengembangkan tanaman obat, hingga ikut rapat bersama Hokage pun pernah dia lakukan didesa ini.
Dua bulan yang lalu, terakhir kali dia berkunjung ke Sunagakure adalah dua bulan yang lalu untuk urusan kecil seperti membantu menanam tanaman obat, dan kini dia datang untuk mengecek kondisi tanaman itu.
Agak berlebihan memang jika dia harus langsung datang, sedangkan sebenarnya bisa saja Sunagakure mengirim surat ke Konoha dan mendeskripsikan perkembangan tanaman itu, Ino pasti akan mengerti. Tapi mau bagaimana lagi? Ino cukup bosan jika harus berdiam diri dirumah.
"Apa perjalanan kalian kali ini melelahkan?"
Kesadaran Ino ditarik kembali kala mendengar pertanyaan yang dilontarkan Temari. Seperti biasanya, gadis berkuncir empat itu akan mengantar mereka ke kamar tamu di gedung Kazekage ketika mereka sampai didesa itu.
"Tidak. Malah perjalanan kali ini terasa lebih singkat. Mungkin karena kami telah terbiasa datang kesini." Ino buka suara saat menyadari tidak ada niatan dari Shikamaru untuk menjawab pertanyaan kakak dari sang Kazekage.
"Hm, baguslah kalau begitu. Kalian tempati kamar seperti yang biasa, ya. Aku cukup mengantar sampai sini. Selamat beristirahat." Temari memberikan senyuman manis sebelum meninggalkan Ino dan Shikamaru.
Ino dan Shikamaru berpisah disebuah lorong. Karena sudah mulai terbiasa dengan tempat ini, Ino pun sudah mulai hafal seluk beluk gedung ini. Sigadis pirang memasuki sebuah kamar yang selalu ia tempati ketika berkunjung kedesa pasir itu.
Tidak ada yang berubah dari ruangan berukuran sedang itu. Dia sendiri yang meminta kamar ini karena dari jendela dia bisa melihat pemandangan desa. Suna memang selalu tampak menawan dimalam hari, tapi sangat gersang saat sang mentari sudah di singgasananya.
Ino meregangkan tubuhnya setelah dia melepas jubah hitamnya, merebahkan diri dikasur dan memejamkan mata. Tidak, dia tidak tidur. Mana bisa dia tidur dengan tenang sedangkan dia ada pekerjaan yang menanti disini. Temari memang menyuruh mereka beristirahat, tapi istirahat bukan berarti tidur, kan? Angin berhembus perlahan dari jendela besar disisi kasurnya. Sangat sejuk, seolah-olah menggoda Ino untuk beradu dengan mimpi sekarang.
Sebelum dia semakin terlena dengan kasur empuknya, Ino menegakkan tubuhnya. Menggambil kembali jubahnya sambil mengenakan jubah itu dia berjalan keluar. Mungkin dia akan langsung menuju kebun obat yang dua bulan dia sendiri lah yang bercocok tanam disana.
Terpaan sang mentari langsung menusuk kematanya kala dia keluar dari gedung itu. Berjalan dijalan setapak yang langsung mengarah kesebuah rumah kaca yang dijadikan tempat menanam semua tumbuhan obat.
"Ah, Ino-san! Kau sudah sampai?"
Sapaan seorang perawat yang sudah Ino kenal masuk ke gendang telinganya. Dia sudah cukup hafal dengan wajah-wajah tenaga medis disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You (completed)
Fanfictionpair : Sasuino ------------------ Yamanaka Ino masih terjebak dengan perasaan masa kecilnya. Ternyata bertambahnya umur tidak meluputkan perasaannya terhadap cinta pertamanya itu. Ditambah kepulangan sang tunggal Uchiha yang membuatnya semakin suli...