Twenty

263 38 11
                                    

Yamanaka Ino masih terjebak dengan perasaan masa kecilnya. Ternyata bertambahnya umur tidak meluputkan perasaannya terhadap cinta pertamanya itu.

Ditambah kepulangan sang tunggal Uchiha yang membuatnya semakin sulit menahan diri. Di satu sisi dia sangat merindukan pemuda itu, disisi lain dia tau sahabatnya Sakura sama halnya dengannya, masih mendambakan sang Uchiha.
Warning: typo, ooc, alur berantakan

Sakura menautkan kedua tangannya gelisah, jemarinya saling meremas menunjukkan ketidaknyamanan yang dialami gadis musim semi itu.

"Jadi? Ada apa denganmu jidat?"

Lawan bicaranya nampak tidak sabar dengan apa yang akan ia sampaikan. Oh tentu saja gelagatnya membuat sahabat pirangnya itu curiga, apa-apaan dia yang menemui gadis pirang itu sebelum jam makan siang? Bahkan langsung menariknya keluar ruangan dengan tidak sabaran.

"Aku—"

Ah dia nampak semakin urung mengatakannya. Tapi bukankah dia harus?

Sedangkan Ino sebagai korban penculikan di jam kerja itu kembali dibuat mengerutkan alis atas tingkah tak biasa si gadis Haruno.

"Bagaimana menurutmu... Bagaimana menurutmu jika aku menerima Naruto?"

Sakura menunduk dalam, tak mau melihat reaksi sahabatnya itu. Oh ini sangat memalukan, tapi bagaimanapun dia tidak bisa terus-terusan seperti ini. Akan banyak yang merasa tersakiti kan?

"Kau— kau apa? Bagaimana dengan Sasuke-kun?"

Benar. Dia sebenernya belum cukup rela untuk membiarkan sahabatnya itu bersanding dengan pria yang sudah ia sukai sejak kecil itu. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah cukup jelas bahwa pria itu memilih Ino, dia yang selalu memaksa untuk buta saat melihat mata kelam pria itu selalu mengarah ke sahabatnya.

Lagi pula Naruto tidak terlalu buruk. Pria itu akhir-akhir ini selalu berhasil memenangkan seluruh perhatiannya, terkadang dia masih kekanakan tapi tak jarang pula pria itu bersikap selayaknya pria dewasa saat berada didekatnya. Dan satu hal yang baru Sakura sadari belakangan ini, pria itu cukup tampan.

"Jika ini hanya leluconmu dan aku akan kena amukan karena membolos untuk mendengarkan omong kosong ini sebaiknya kau berhenti, Jidat."

Sakura mengangkat wajahnya, mendengar reaksi Ino yang nampak masih tak percaya akan apa yang ia katakan. Menghela nafas sebentar, Sakura mendudukkan diri disebuah kursi panjang ditaman yang menjadi tempat mereka membolos sekarang.

"Bukan hanya kau yang bolos kerja. Kau pikir Tsunade-sama akan melepaskan ku begitu saja kalau aku ketahuan?" Benar kan? Sakura juga sedang kabur dari rumah sakit sekarang.

Ino mendudukkan dirinya disamping Sakura, melipat kedua tangannya didepan dada, "Lalu? Apa maksudmu dengan menerima Naruto?"

Sakura terdiam sejenak, menatap lurus kedepan. Ingatannya kembali berputar, mengingat hal-hal yang terjadi belakangan ini, terlebih sejak kepulangan Uchiha Sasuke.

"Kau tau, Pig? Saat aku mengatakan padamu bahwa Sasuke-kun mengajakku kencan, itu bukan kencan." Sakura menghela nafas kembali, bahunya nampak melemas. "Naruto yang menyuruhnya untuk mengajakku. Malam itu kami piknik ditepi danau, harusnya aku sudah curiga, tak mungkin kan Sasuke-kun mengajakku ke tepi danau? Dia bukan tipe pria seperti itu." Sakura terkekeh kecil mengingat kepercayaan dirinya yang teramat tinggi itu saat Sasuke datang padanya dan mengajaknya bertemu.

Merasa belum ada respon berarti dari Ino, Sakura kembali membuka mulut, "Dia tak pernah memandangku seperti itu. Tatapan itu hanya melembut ketika melihatmu, pig. Asal kau tahu saja, aku sangat benci untuk mengakui bahwa aku sudah kalah darimu sejak dia pertama kali melihatmu lagi. Aku sudah cukup lama membohongi diriku sendiri, menganggap aku masih memiliki kesempatan, tapi nyatanya? Sejak melihatmu dia bahkan seolah tidak bisa mengalihkan pandangannya jika kau ada disekitarnya. Sudah cukup aku berbohong selama ini, dan tentu saja sudah cukup aku membohongi mu."

Back To You (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang