11

307 25 5
                                    

"Bapak maafin tapi kalau soal hukuman ke Leo itu urusan nya mayor Tedrick, kamu juga"

"Hah?"

Kinana mematung mendengar ucapan bapak, kenapa jadi urusan mayor?.

"Maksudnya?"tanya Kinana.

"Bapak tugaskan Tedrick untuk jaga kamu di Elangtara kalau di luar itu tugas nya Leo jadi hukuman kamu itu urusan si Tedrick"jelas bapak.

"Kenapa harus mas Tedrick? Kenapa gak bapak aja yang hukum Nana?"

"Kalau bapak gak tegaan dan kamu tau itu tapi kalau si Tedrick bapak gak jamin, ya supaya kamu jera juga"

"Tapi pak.. mas Tedrick itu agak menakutkan, Nana takut"

"Bagus kamu takut sama dia, kalau sama bapak pasti enggak kan"

Kinana menggeleng cepat.
"Enggak, Nana juga takut sama bapak"

"Kalau takut lakuin aja apa yang di suruh Tedrick, hukuman dari Tedrick itu juga hukuman dari bapak.. sudah sana temui Tedrick"

"Bapaaaaak.."

Jika tau salah Kinana tidak akan terlalu keras kepala, dengan lapang dada dia harus menemui mayor Tedrick untuk menjalani hukumannya dan setelah keluar dari ruangan dia bertemu dengan sekretaris pribadinya bapak, mas Rendi.

"Loh, mbak Nana sudah pulang?"

"Eh mas Rendi, iya mas baru aja pulang"

"Wah udah ketemu bapak? Bapak khawatir banget loh mbak"

"Iya mas udah, baru aja tadi ketemu bapak"

"Udah di marahin ya? Lesu banget muka nya hehe"ledek mas Rendi.

Kinana menghela nafas, tidak bisa melayani ledekan mas Rendi.
"Hmmm...mas, Tau gak mas Tedrick dimana?"

"Oh tau, itu di lapangan bola belakang"

"Ngapain dia di sana?"

"Lagi hukum si Leo, lari 30 putaran.. dia gak lolos dari hukuman nya mayor Tedrick"

"Aduh, bang Leo itu gak salah mas.. dia cuman ikutin apa yang aku suruh"

"Bilang aja ke mayor, mungkin dia mau dengar tapi sepengalaman saya.. sulit sih mengubah keputusan mayor"

Kinana jadi semakin takut tapi demi menegakkan keadilan untuk Leo dan menepati janji untuk membela nya, Kinana pergi ke lapangan bola di belakang padahal sudah hampir pukul 4 pagi.

"Permisi mas Tedrick"ucap Kinana.

Terlihat dari tempat nya berdiri, Leo sedang berlari mengitari lapangan bola.

"Sudah temui bapak?"tanya Mayor Tedrick.

"Sudah mas"

"Berarti tau apa yang bapak suruh?"

"Iya tau mas"

"Bagus, sekarang kamu lakuin apa yang saya suruh sebagai hukuman"

"Saya akan lakuin apapun yang mas suruh tapi plis jangan hukum bang Leo mas, dia gak salah.. semua salah saya"

"Kenapa kamu bela dia?"

"Karena bang Leo cuman ngikutin perintah saya untuk pergi ke Bali mas, bukan ide nya dia tapi ide saya.. saya paksa dia untuk ikut jadi cabut hukuman nya bang Leo dan hukum saya saja"

Mayor Tedrick tidak bergeming, dia melipat kedua tangannya ke dada sambil memasang ekspresi wajah datar dengan dua bola mata yang bulat itu, sedikit menakutkan tapi malah terlihat lucu.

"Di saat seperti ini kamu malah membela kesalahan orang lain, mungkin menurut kamu dia tidak bersalah tapi sebenarnya dia melanggar aturan dan sudah seharusnya di hukum.. membawa kamu pergi tanpa izin ke bapak atau ke saya itu nama nya melanggar aturan Kinana Andira Ningrum, paham?"

Terpesona?. Tentu saja, nama nya di sebut secara lengkap dengan suara halus yang terkesan tegas itu melelehkan hati kecil mungil milik Kinana.

"Pa-paham mas"dia sampai terbata-bata.

"Sudah, jangan di bahas lagi.. kalau masih nekad saya tambah hukuman nya dia"

"Iya mas, enggak"

"Sekarang kamu pegang dua telinga kamu itu lalu lompat di tempat sebanyak 100 kali"titah nya dengan tegas.

"Baik mas"

Kalau menolak pasti hukuman nya akan di tambah jadi Kinana mengalah dan menerima hukuman nya. Lagi pula apa yang dia lakukan terlihat seperti olahraga di subuh hari, hanya saja dja merasa kasian pada Leo yang masih berlari di tengah lapangan.

"Sialan, awas aja Lo Kinana!.. gue pites Lo kayak kutu kalau hukuman gue udah selesai"umpat Leo di sepanjang putaran.




To be continued~~~

Hehe, update lebih banyak jika lebih banyak respon (◕દ◕)

Author suka baca komenan kalian loh!!

Next chapter mau???

Love you readers ❤️

Kepincut kulkas 1000 PintuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang