°• 6 •° Sakit

150 28 1
                                    

☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚

*
*
————————————

"Kamu bukan bagian dari keluarga ini, (Y/n)! Kamu pembawa sial!" Ucap seorang pria.

"Ini salahku sudah memberikan kesempatan pada gadis sialan ini! Kamu seharusnya tahu diri, (Y/n)!" Ucap seorang wanita.

"Ibu, ayah! Dia bukan kakak ku! Seharusnya dia pergi dan bukannya tinggal di sini lagi." Ucap seorang anak laki-laki lebih muda.

"Maafkan, Ibu! Ini adalah kesalahanku dia bisa hidup dengan damai." Ucap seorang wanita yang ternyata ibuku.

"Ini bukan kesalahanmu, sayang. Bocah tidak tahu diuntung ini harus bertanggung jawab akan semua perbuatannya." Ucap seorang pria yang ternyata ayahku.

"Kalau begitu berikan dia pelajaran, Ayah!" Ucap seorang anak laki-laki yang ternyata adikku.

Kedua tanganku di genggam dengan kuat selagi aku ditarik dengan paksa. Aku hanya bisa meringis ketika dituntun menuju balkon.

Mereka tidak memperdulikan keadaanku yang kesakitan di saat berkali-kali tubuhku menyenggol keras setiap benda yang aku lewati. Hingga saat sampai di balkon, aku didorong dengan kuat kearah pagar.

Mataku pun menatap ngeri pada tinggi balkon selagi memegang pagar besi dengan bergetar.

"Ingat tempat ini, (Y/n)?" Tanya Ayah selagi berjongkok di depanku.

"...."

"Jawab, (Y/n)!!" Ayah berteriak dengan nyaring selagi memegang kuat daguku untuk menatapnya.

Bibirku kelu hanya untuk mengatakan satu hal pun. Bahkan tubuhku bergetar hebat sembari memegang pagar besi dengan kuat hingga jari-jariku tergores. Di keadaan seperti ini, aku benar-benar tidak berdaya dan merasa ketakutan.

"Kamu harus mencoba lompat dari balkon ini, (Y/n)!!"

Dengan paksa tanganku di tarik untuk melepaskan pegangan pada pagar. Tenagaku kalah kuat dikala tubuhku terangkat menuju keluar pagar.

"Kamu seorang pembunuh, (Y/n)!! Orang pertama yang kamu bunuh telah mati karenamu di balkon ini.."

*
*
————————————

Kedua mataku terbuka lebar bersamaan dengan air mata yang telah membanjir. Mulutku bergetar menahan isakan pecah yang ingin keluar. Tubuhku pun terasa sangat lelah walau aku hanya tidur di atas futon.

Tak kuat membendung tangis, kedua tanganku bergerak untuk membekap mulut agar Yoshio-san tidak terbangun atau mendengar tangisanku.

'Aku berharap.. bahwa aku benar-benar lupa ingatan!' Bantinku pilu selagi terisak dengan membekap kuat mulutku.

*
*

-------------

*
*

Yoshio POV

Sudah yang keempat kalinya selama sebulan ini (Y/n)-chan mengalami demam. Aku begitu khawatir pada keadaannya yang menurutku tidak wajar.

'Bagaimana bisa gadis kecil sepertinya terus-menerus sakit?' Batinku penuh tanya dan khawatir.

Kain kembali aku celupkan pada air dingin dan meremasnya kuat, lalu aku letakkan dengan lembut pada dahi (Y/n)-chan. Dapat aku lihat ia yang terengah-engah dengan wajah memerah.

𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒕 - 𝑲𝒊𝒎𝒆𝒕𝒔𝒖 𝒏𝒐 𝒀𝒂𝒊𝒃𝒂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang