°• 5 •° Latihan

156 27 2
                                    

☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚

Tanganku terus berayun ke atas dan ke bawah selagi memegang Bokutou. Hal itu aku lakukan untuk membiasakan diri sebelum memegang Nichirin.

Aku pun mengayunkannya sebanyak 1.000 kali sesuai perintah tanpa lelah. Berterima kasihlah pada stamina yang aku dapatkan.

"Tambah 2.000 kali!" Perintah Yoshio-san padaku.

Kepalaku mengangguk dengan tekad seraya kembali mengayunkan bokutou di tanganku.

Di saat pagi buta, aku kembali ke gunung dan melewati jebakan yang di buat oleh Yoshio-san sembari membawa bokutou. Bukan hal yang mudah ketika aku harus berlari turun selagi membawa bokutou, justru itu cukup menyulitkanku. Ditambah aku harus menguasai kekuatan yang diberikan oleh Petinggi Agung atau Tuhan untukku.

Dan seiring aku melalui jebakan ataupun rintangan, dapat aku rasakan tubuhku semakin ringan dan bergerak cepat. Di waktu yang belum genap dua hari, aku merasakan kekuatan yang signifikan mengalir dengan deras dan teratur. Itu tampak terlihat dengan aku yang terus menghindar dan berlari secara mudah sembari membawa bokutou.

Beberapa kali pun aku melompat dengan cukup tinggi untuk menghindari lubang ataupun dahan kayu yang berayun untuk menghempasku. Batu-batu kecil yang datang untuk mengenaiku pun dapat aku hindari dengan mudahnya. Kedua sudut bibirku terus terangkat setiap kali menyadari perkembangan diriku.

Ketika hari belum mencapai puncak tertingginya aku kembali hanya dengan sedikit luka. Melihat itu, Yoshio-san tampak sedikit terkejut dan setelahnya terkesan padaku.

Tanpa membuang waktu, Yoshio-san kembali melatihku untuk mengayunkan bokutou sebanyak 1.000 kali lalu ditambah 2.000 untuk sekarang.

Keringat mulai bercucuran di sekitar pelipisku, walau begitu aku masih belum lelah untuk terus mengayunkan bokutou. Aku jadi berpikir, sebanyak apa stamina yang diberikan untuk gadis 12 tahun sepertiku? Padahal aku tidak ingin terlalu mencolok ataupun menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin akan sulit aku jawab. Bukannya tidak bersyukur, hanya saja aku tidak ingin identitasku ketahuan dengan cepat dan bahkan lebih baik jangan ada yang tahu.

"1997... 1998... 1999... 2000."

"Sore wa iidesu. Sekarang ayunkan kembali sebanyak 4.000 kali." Perintahnya lagi.

"Tidak bisakah kita makan siang terlebih dahulu? Aku mulai lapar sekarang." Ucapku dengan sedikit memelas.

Mendengar ucapanku Yoshio-san mendongak menatap langit dan melihat matahari telah berada tepat di atas kepala. Ia pun beralih menatapku dengan topeng rubah miliknya.

"Wakatta, (Y/n)-chan. Istirahatlah sejenak lalu kembali berlatih setelahnya." Kepalaku mengangguk senang setelah mendengar ucapannya.

*
*

"Bagaimana makanan tadi?"

Aku yang sedang mencuci tempat makan sedikit terheran dengan pertanyaannya yang tiba-tiba.

"Sup Miso dan Saba Shioyaki-nya enak." Jawabku setelah bertanya pada Noah nama ikan panggang yang di buat Yoshio-san.

"Yokatta."

Setelah selesai mencuci tempat makan, kepalaku sedikit meneleng sembari memperhatikan Yoshio-san, ia tersenyum lembut ke arahku tanpa topeng rubahnya.

'Mungkin cuma basa-basi.' Batinku menyingkirkan rasa heran.

Fusuma ku geser, bokutou kembali aku genggam setelah keluar dari rumah, hingga sebuah tangan datang menyentuh pundakku. Merasakan itu, kepalaku beralih menengok Yoshio-san.

𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒕 - 𝑲𝒊𝒎𝒆𝒕𝒔𝒖 𝒏𝒐 𝒀𝒂𝒊𝒃𝒂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang