Memiliki sekitar 5 pekerjaan paruh waktu di saat umurnya yang ke 23 tahun adalah hal biasa bagi seorang wanita bernama (Fullname) atau biasa di panggil dengan (Y/n). Hidupnya hanya tentang bekerja dan menghasilkan uang untuk dirinya dan juga... kelu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☆゚.*・。゚
"Bukankah seharusnya kamu pergi tidur sekarang?" Tanya Noah dengan nada agak kesal. Pasalnya, gadis pendek yang ia kawal sangat keras kepala. Lihat saja di mana gadis itu sekarang. Dia berjalan di sepanjang lorong rumah menuju engawa, katanya hanya untuk mencari udara segar. Namun, sulit rasanya menerima alasan seperti itu.
Dengan seringai kecil, gadis yang dimaksud berkata. "Bisa nanti, kan?"
"Nanti itu kapan?" Sindir Noah.
"Uhh..." (Y/n) tampak bingung sejenak sebelum menjawab. "Nanti setelah aku menemui Tanjirou." Ceplosnya.
"Nah, kan! Sekarang kamu udah bisa bohong sama aku, (Y/n)!? Pantas saja kamu berjalan lambat di lorong." Geram Noah.
"Cuma sebentar doang. Suwer!" Janjinya, mencoba meyakinkan.
Noah terdiam sejenak, ia merasa lelah terhadap bocah prik satu itu. Udah bebal, cerewet, banyak tingkah kek di suruh aja, badung sampai ke ubun-ubun. Dirinya sudah mengcapek.
"Tapi, kamu harus jawab jujur sekarang." Pinta Noah, berusaha untuk tidak jengkel dan memilih mengalah. "Kenapa kamu ingin menemui Tanjirou di jam segini?"
"Ooh, itu... Aku cuma mau memastikan sesuatu." Jawab (Y/n).
"Sesuatu?" Tanya Noah, bingung.
"Kamu bakal tahu pas aku tanya langsung ke dia."
"Begitukah? Padahal bisa besok, loh."
"Aku kepikiran, tahu. Lebih cepat, lebih baik, kan?"
"Alasanmu itu, loh! Pengen tak hiih, beneran!" Ucap Noah, geregetan sendiri.
Gadis yang mengenakan kimono berwarna ungu cerah itu terkekeh kecil setelah mendengar geraman Noah. Ia hendak berbicara, namun terhenti ketika seorang wanita paruh baya berdiri di sampingnya, membuatnya terperanjat kaget.
"Ingin pergi ke mana, nona manis?" Tanya si nenek sembari tersenyum ramah.
(Y/n) tidak langsung menjawab karena sedang menenangkan jantungnya yang berdetak kencang. Setelah beberapa saat, ia berkata dengan canggung. "Aku... ingin menemui rekanku di ruangannya. Apakah... boleh?"