« 𝑻𝒉𝒊𝒔 𝒎𝒆𝒆𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒘𝒊𝒍𝒍 𝒃𝒊𝒏𝒅 𝒅𝒆𝒔𝒕𝒊𝒏𝒚 »
☆゚.*・。゚
Suara tapak yang lembut mengiringi langkah gadis berperawakan kecil. Netra indahnya menatap lurus ke depan sembari sesekali mendongak untuk melirik Zoya yang sedang mengarahkannya menuju markas besar Pemburu Iblis.
Ia sama sekali tak tahu menahu mengapa dirinya dipanggil untuk datang ke sana. Padahal, saat ini ia tengah merutuki nasibnya yang tidak sempat melihat pertarungan epik Trio Kamaboko di gunung Natagumo. Adegan yang memuaskan dan menyentuh hati, ia menyesal tidak bisa melihatnya secara langsung.
Kendati demikian, ia berdoa keadaan mereka baik-baik saja. Ia juga sedikit khawatir bahwa adegan yang seharusnya terjadi di gunung Natagumo mungkin berubah. Tapi, akan lebih baik jika ia tidak perlu memikirkan itu.
Kini, sinar mentari semakin memancarkan kehangatannya, menyentuh lembut kulitnya yang mulus. Sambil terus melangkah, ia mengingat perkataan sang nenek kepadanya, bahwa Trio Kamaboko selalu menunggu dirinya terbangun di balik ambang fusuma, menanyakan perihal keadaan dan mencemaskan dirinya yang tak kunjung bangun.
Mengingat dan membayangkan itu, membuat lengkungan lembut terlukis manis di sudut bibir ranumnya. Hati kecilnya terasa hangat hanya dengan mengetahui bahwa mereka peduli padanya.
Meski sekarang, ia harus memikirkan keberadaan Noah yang tidak menjawab panggilannya. Hal tersebut membuat ia merasa cemas dan khawatir akan keadaan Noah. Ia berharap Noah baik-baik saja dan segera kembali padanya. Selain itu, ada banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan tentang waktu tidur dan mimpi yang biasa ia alami. Walaupun ia sebenarnya ingat bahwa Noah berniat membantu menekan PTSD yang ia derita, ia tidak benar-benar berpikir bahwa Noah akan melakukannya untuknya.
'Apakah... karena hal itu Noah menghilang?'
Mencoba menyingkirkan tebakan ngawur semacam itu, ia menggelengkan kepalanya. Lagipula, akan lebih baik jika ia menunggu Noah menjelaskannya sendiri.
"Kwak! Sudah sampai, (Y/n). Ayo masuk bersamaku. Kwak!"
Lamunan gadis bersyal putih itu pecah, netra indahnya segera melirik sebuah bangunan besar nan megah. Setiap pahatan dan arsitekturnya dengan jelas menunjukkan betapa mapannya keluarga bermarga Ubuyashiki. Dan dengan perintah itu, kaki kecilnya lekas menapak memasuki kawasan markas besar para Pemburu Iblis.
Tak berselang lama, pemandangan hamparan tanah terbuka yang indah memasuki sorot matanya. Semakin ia melangkah dekat, kekaguman semakin menyelimuti benaknya, hingga hal itu segera dirusak oleh Tanjirou yang terkulai di atas bebatuan.
Iris bak malamnya membias terkejut. Ia pun lekas berlari menuju pemuda bersurai merah tersebut dan berlutut di hadapannya.
"Tanjirou! Bangunlah!" Panggilnya sembari menggoyang kecil tubuh sang pemilik nama dengan perasaan khawatir. Satu tangannya pun terangkat, membelai wajah pemuda itu yang penuh luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒕 - 𝑲𝒊𝒎𝒆𝒕𝒔𝒖 𝒏𝒐 𝒀𝒂𝒊𝒃𝒂
De TodoMemiliki sekitar 5 pekerjaan paruh waktu di saat umurnya yang ke 23 tahun adalah hal biasa bagi seorang wanita bernama (Fullname) atau biasa di panggil dengan (Y/n). Hidupnya hanya tentang bekerja dan menghasilkan uang untuk dirinya dan juga... kelu...