°• 19 •° Benak

98 15 5
                                    

« 𝑻𝒉𝒆 𝒄𝒉𝒂𝒐𝒔 𝒘𝒂𝒔 𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒇-𝒊𝒏𝒇𝒍𝒊𝒄𝒕𝒆𝒅 𝒊𝒎𝒑𝒂𝒄𝒕 »

« 𝑻𝒉𝒆 𝒄𝒉𝒂𝒐𝒔 𝒘𝒂𝒔 𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒇-𝒊𝒏𝒇𝒍𝒊𝒄𝒕𝒆𝒅 𝒊𝒎𝒑𝒂𝒄𝒕 »

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚

Langit menunjukkan keindahannya melalui warna oranye yang lembut berpadu dengan semburan kuning keemasan, seolah menyelimuti dunia dalam pelukan hangat terakhir sebelum malam datang. Suara burung gagak terdengar, mengiringi sebuah pemakaman bagi mereka yang telah pergi untuk kehidupan selanjutnya.

(Y/n), gadis berperawakan kecil itu bersimpuh seraya menyatukan tangan, diikuti oleh Tanjirou, Zenitsu dan ketiga anak yang berhasil diselamatkan. Mendoakan mereka yang tewas di dalam pertempuran hidup dan mati, walau di sini mereka adalah korban dari para iblis syalan.

Meski, di saat seperti ini ada saja hal yang mengganggu kekhusyukan. Contohnya... Inosuke yang berlarian ke sana dan ke mari dengan penuh energi, menyundulkan kepalanya ke batang pohon hingga dedaunannya berjatuhan.

"Apa yang sedang dilakukan orang itu?" Tanya Teruko selagi memperhatikan Inosuke.

"Jangan dilihat." Sahut Kiyoshi sembari tetap berdoa. Shoichi ikut menimpali dengan menganggukkan kepalanya.

"Kwakk! Kwakk! Turuni gunung! Turuni gunung! Kwakk!"

Semuanya mendongak setelah mendengar perintah dari seekor burung gagak yang terbang di atas cakrawala.

"Burung gagaknya berbicara!" Ucap Shoichi terkejut.

"Kurasa tidak perlu untuk memikirkan apa-apa lagi." Sahut Kiyoshi, sudah mulai merasa maklum akan banyak hal. Teruko mengangguk, merasa setuju akan ucapan kakak tertuanya.

"Saa, ikutilah aku. Kwaak! Kwaak!"

Mendengar itu, semuanya lekas menapak, berjalan untuk menuruni gunung. Inosuke yang sibuk menyundul pepohonan pun berpaling dan beranjak mendekat.

"Oi, mau ke mana?!" Pertanyaan itu terlontar, membuat semua atensi langsung tertuju kepada pemuda pemakai topeng babi.

"Kami mau menuruni gunung." Jawab Tanjirou, menjadi perwakilan atas pertanyaan yang diberikan.

"Pertarungan kita masih belum berakhir!" Ujar Inosuke.

"Pasti kau lelah, kan? Iikara, kami akan turun." Tutur Tanjirou lembut.

"Aku sama sekali tidak lelah!" Inosuke menunduk dan lekas berlari untuk menyundul pepohonan kembali, "Ayo bertarung!"

"Sudahlah, biarkan saja dia. Aku tidak peduli." Zenitsu berkomentar seraya lanjut melangkah, merasa acuh akan Inosuke yang menyundul sana-sini.

𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒕 - 𝑲𝒊𝒎𝒆𝒕𝒔𝒖 𝒏𝒐 𝒀𝒂𝒊𝒃𝒂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang