V. Eating.

3.9K 650 125
                                    

"Bukankah daging rasanya sangat menakjubkan?" Cesare membuka perbincangan sore itu saat semua orang--ralat--hanya Yuriel yang orang--keempat lainnya vampir, menyantap makan malam bersama sebelum berangkat ke pelabuhan.

Lebih tepatnya mereka berempat yang makan karena Yuriel tidak berselera dan hanya menatap. Terkacangi diantara perbincangan keempat vampir itu. Mau join pun Yuriel tidak terbiasa berbasa-basi jadi, ia hanya bisa bungkam dan menatap.

Sampai Nik mengulurkan sebuah roti dalam bungkus kain pada Yuriel. Sebelum gadis itu menolak, Nik berkata. "Tidak perlu memakannya sekarang, simpan dan makan jika kau lapar di tengah perjalanan."

Cesare berdehem. "Nik, kau tidak sedang mencoba melakukan pendekatan terhadap manusia untuk menjadikannya pengantinkan?" entah cibiran atau hanya iseng, yang jelas Yuriel tak senang mendengarnya sampai-sampai menatap Cesare seperti ingin membelah tubuhnya.

"Mengapa aku?" Nik mengerutkan dahinya heran selagi Yuriel menyimpan roti itu di dalam tasnya.

"Hei Nona Yuriel, kasihanilah wajah polosmu itu dengan berhenti membuat ekspresi-ekspresi kejam disana." Ucapnya lalu tertawa.

Sudut bibir Yuriel berkedut, gatal sekali kalau tidak menyahut. "Kasihan? Kasihanilah dirimu sendiri yang memiliki mulut cibiran seperti perempuan."

"Hei! Kau--" Cesare melompat turun dari atas sofa, dia hampir kehilangan kendali dan memukul Yuriel kalau telat sadar lawan bicaranya itu hanya sebatas perempuan.

"Eiran..." keluhannya jatuh pada Eiran yang tengah sibuk memotong daging panggang miliknya lalu dimasukan ke dalam mulut satu per satu. "Gadis macam apa yang kau bawa untuk misi kita? Tyler akan membunuhnya saat mereka bertatapan. Kau tahu? Arghhhh!"

Eiran meletakkan pisaunya di piring lalu menatap Cesare datar. "Sudah selesai? Dia benar. Mulutmu terlalu berisik."

"Hei! Kau juga--aishhh!"

Eiran bangkit berdiri dan berjalan keluar disusul oleh Lyra serta Nik. Lelaki itu kemudian berkata. "Jika sudah selesai, kita mulai perjalanan ke pelabuhan sekarang."

Tersisa Cesare dan Yuriel yang tengah saling pandang dalam satu garis lurus, dengan tatapan maut sama-sama tajam seolah ingin memotong satu sama lain melalui laser seandainya ada.

"Aku suka ketegasanmu. Tetapi, ingatlah bahwa hal itu dapat membuatmu kesulitan sendiri. Lebih rumit daripada menjadi pura-pura polos." Celetuk Cesare.

"Aku tidak suka apapun dari dirimu." Balas Yuriel dingin.

"Kau ini... hei!" tepat sebelum Cesare mulai mengomel, Yuriel melangkah menuju pintu keluar kastil menyusul tiga vampir yang sudah lebih dulu keluar sehingga tak ada kesempatan bagi Cesare untuk bicara.

"Aaahh--sial!" umpatnya sembari menendang-nendang udara kosong.

"Dasar perempuan menyebalkan!" serunya kencang, bisa di dengar oleh tiga vampir dan Yuriel sendiri yang sudah berada di halaman depan.

"Apa yang terjadi?" Nik bertanya pada Yuriel.

"Tanya dia, kenapa aku?" gadis itu menjawab ketus lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, malas melihat pasangan romantis yang tengah bergelayut manja di hadapannya.

"Eiran~ kenapa cemberut terus?" protes Lyra tak habis pikir akan sang calon suami sebab mereka sudah dijodohkan sejak belum lahir oleh orang tua mereka yang sepertinya sudah tidak, dibasmi oleh sesama klan mereka yang haus tahta.

"Lyra, berapa kali harus kukatakan padamu?" perlahan Eiran melepaskan tangan Lyra dari lengannya. "Jangan berlebihan. Kau hanya akan menjadi Ratuku, bukan kekasihku."

The BloodlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang