III. Castle

4.7K 666 132
                                    

"Kau mau ditampar di wajah sebelah mana atau mau ditendang?" tawar Yuriel begitu mendengar ucapan kurang ajar Eiran barusan.

Bukannya marah, pria itu justru terkekeh dan merasa kalau perbincangan ini cukup menarik. "Kalau begitu aku akan berbalik, jangan khawatir." Sesuai dengan ucapannya, dia berbalik membelakangi Yuriel.

Selagi Yuriel berusaha melepas gaun itu dari tubuhnya, sesekali Eiran melemparkan kalimat seperti. "Aku belum pernah melihat manusia sepertimu sebelumnya. Kebanyakan orang akan menjerit ketakutan setelah diselamatkan oleh vampir."

Yuriel menghela nafas kasar, dengan sekuat tenaga pada akhirnya berhasil menarik turun resleting gaun dan bergegas lmengambil pakaian lain dari dalam tasnya lalu dipakai sambil menyahut. "Tergantung, selagi kau tidak mendadak bertingkah aneh."

"Apa yang dianggap 'bertingkah aneh'?" Eiran bertanya, mengangkat alisnya sedikit.

"Apa saja." Sahutnya asal.

Setelah selesai, Yuriel menepuk-nepuk bagian kusut dari gaun katun sederhana berlengan panjang yang dikenakannya lalu menghela nafas dan bersandar pada dinding terdekat.

'Aku tidak aman disini, diluar juga lebih tidak aman. Aku bersama seorang vampir. Aku harus pergi secepatnya.'

"Sudah selesai?" Eiran bertanya dan dijawab oleh deheman kecil dari belah bibir Yuriel.

Tiba-tiba Eiran mendekat ke jendela kayu, menggesernya terbuka dan melihat situasi diluar yang tengah dilanda hujan cukup deras. Saat hendak menutup jendela itu kembali, pria itu berhenti dan berbalik ke arah Yuriel, memandang dengan cara yang sedikit berbeda.

"Kau unik--aku penasaran melihat bagaimana kau akan berperilaku di sekitarku."

"Aku akan segera pergi dari sini." Yuriel menekan kalimatnya disana.

Mata Eiran sedikit menyipit. "Dan disitulah kesalahanmu." Vampir itu menyilangkan tangannya, menyandarkan tubuhnya pada kusen jendela.

"Karena aku sudah memutuskan untuk tidak membunuhmu, kau akan tinggal disini bersamaku."

'Apa!? Dia gila!?' sebisa mungkin ekspresi Yuriel terlihat datar dan biasa saja, tatapannya juga masih tajam.

"Omong kosong macam apa?" balasnya.

"Itu bukan omong kosong. Aku sudah memutuskan nasibmu." Eiran terkekeh, meski ekspresinya masih dingin.

"Aku menyelamatkan hidupmu dan kau tidak bersyukur. Kalian manusia benar-benar punya ego. Aku akan mati tanpa aku, tapi sekarang kau sudah berpikir untuk melarikan diri." Desisnya sinis.

"Apakah kau Tuhan sampai berani memutuskan nasibku begitu saja?"

Eiran melangkah maju sedikit, nada biaranya menjadi sedikit agresif. "Aku jauh melampaui Tuhan. Tapi aku adalah makhluk yang memiliki kekuatan untuk memberikan keabadian jika aku mau. Dan sialnya bagimu, aku sudah memutuskan untuk memberimu berkah seperti itu. Kau tidak akan meninggalkan tempat ini."

"Aku menolak!"

Eiran tertawa dan melangkah lebih dekat. "Kau bisa menolak semaunu, tapi keputusan itu bukan milik kau agi. Kau akan tetap disini."

"Aku pergi dari sini." Langkah Yuriel dengan cepat berbalik dan berlari menuju pintu keluar.

Melihat hal itu, Eiran segera menerjang dalam kecepatan penuh dan berhasil menangkap lengan Yuriel serta memposisikan tubuhnya dihadapan gadis itu guna menghalangi jalan. "Ini bukan salah satu dongengmu, dimana sang putri lolos dari cengkraman Raja jahat. Itu tidak mungkin."

Pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan Yuriel, taringnya yang tajam terlihat jelas sekali lagi. "Tetaplah disini bersamaku atau aku akan membuatmu menginginkan kematian."

The BloodlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang